Monday, 2 November 2015

Ayam Bakar Bumbu Padang

Tersenyum saya melihat sebuah iklan yang menyorot tentang cinta dan kebutuhan anak pada ayah mereka. Ah, soooo sweeeettt.

Ayah memang seringkali mencintai dalam diam. Kata adik lelaki saya, jika kita belum pulang ke rumah waktu kecil dulu, sebenarnya yang risau adalah Ayah. Ibu yang menelepon kita, tapi itu atas perintah Ayah. Dan benar saja. Waktu kemarin dia menginap di JB dua minggu, pas dia belum pulang-pulang *waktu itu ada event besar di Danga Bay*, Ayahnya Thariq pun sibuk.

"Ma, telepon Kholis."

"Nanti juga pulang, Yah. Dia kan sudah besar."

"Teleponlah, Ma. Jangan-jangan dia kehabisan bus. Biar nanti Ayah jemput."

Nah kaaaannn? Terbukti deh, ga pake lama, hehehe.

Begitulah. Dan jika mau diceritakan tentang kekhawatiran Bapak sewaktu saya gadis dulu, wah-wah, bisa jadi satu novel deh kayaknya. Hihihi...

Kembali ke Ayahnya anak-anak. Kadang, saya kesal kalau beliau sudah mulai menggoda anak-anak. Mengganggu Thariq, menggoda Zaki sampai Zaki marah-marah, mengangkat tinggi-tinggi Farid sampai teriak-teriak, menggelitik anak-anak yang sedang tidur, dan banyak lagi. Tapi sekarang saya sadar, mungkin Mas sedang mengukir kenangan untuk anak-anaknya. Mungkin, kenangan inilah yang akan mengikat kami kelak, saat mereka sudah dewasa.

Mungkin, suatu hari nanti, mereka akan melakukan hal yang sama pada cucu-cucu kami. Ahhh, jadi melow.

Bdw, tiga ekor ayam dara yang saya beli di pasar tani Ahad kemarin, sudah masak dan hampir habis. Semalam, sembari membuat kue sus untuk dijual, saya mengolahnya menjadi dua olahan. enam potong saya bumbu padang dan enam potong saya presto untuk nanti jadi ayam tulang lunak. Rencananya, semuanya akan saya bakar, ga digoreng seperti yang sudah-sudah.

Alhamdulillah, pohon kunyit makin lebat berdaun. Tiga lembar bisa dipakai untuk ayam bumbu padang.

Saya memakai resepnya Mba Endang di www.justtryandtaste.com untuk tulang lunak dan Sajian Sedap untuk ayam bakar bumbu padang.

Alhamdulillah semua suka.

Pagi tadi, saya tinggal menanak nasi dan membuat urap daun kol. Alhamdulillah :-)

Sunday, 1 November 2015

Sayur Asem Jakarta

Sejak memutuskan untuk bergabung mengaji bersama adik-adik pekerja kilang, hari Ahad selalu menjadi hari yang sibuk. Bahkan malam minggu pun dihabiskan dengan membereskan semua pekerjaan seperti setrika, nyapu ngepel, membereskan rumah dan sebagainya agar semua pekerjaan bisa selesai sebelum tamu agung itu datang.

Terlebih jika ada pesanan kue dari Mak Jah di Ahad pagi. Wuah, berlipat deh kesibukan :-)
Setelah sholat subuh langsung buat vla, masak nasi, buat lauk untuk hari itu, masak sayur, isi vla, membantu Zaki menyiapkan diri ke sekolah lalu mengantar Zaki sekaligus mengantar kue.

Nah, Ahad pagi juga waktunya saya harus ke pasar tani Sri Pulai. Sebab di sanalah tempat dijual ayam kampung dengan harga murah. Betul! Murah banget. Sebelum mengenal Kak Haeriyah, penjualnya, seekor ayam kampung di pasar awam saya dapatkan antara RM 35-40. Di pasar tani, harga segitu bisa dapat dua ekor ayam besar-besar! Belum lagi ayam daranya. Di pasar awam seekor 25 di Kak Haeriyah cuma RM 9,7. Whuahhh, gimana ngga memperjuangkan harus ke sana coba?

Belum lagi sayurannnya. Di pasar tani, ada seorang Pak Cik sepuh yang jualan sayuran kampung seperti kemangi, kecombrang, chili kampung dan sebagainya. Saya langganan di sana. Alasannya, masih karena harga. Jika di Kipmart kita bayar seringgit seikat, di Pak Cik cuma 50 sen saja, hehehe *kekep dompet

Buah? Di pasar tani ini, buahnya beraneka macam. Pisangnya lebih manis dibandingkan di pasar awam. Pisangnya pun berbagai jenis, dari pisang berangan, kepok, bahkan pisang raja pun ada. Jambunya juga crunchy dan juicy. Kalau lagi musim, cempedaknya murah.

Nah, yang ngangenin adalah kue cucurnya. Sedap. Satu pack cuma RM 5. Bikin sendiri ga mungkin, susah, hehehe.

Kembali ke pasal ayam kampung, jika dulu saya sampai mengantri hampir sejam untuk dapat sekresek ayam yang sudah dipotong sesuai selera (kadang malah kehabisan), belakangan saya memilih untuk memesan sehari sebelumnya. Alhamdulillah, nama saya mudah melekat di ingatan Kak Haeriyah dan suaminya. Jadi begitu kepala saya nongol, orangnya langsung nyebut, "Bang, Aryyyy!" hahahaha...

Ahad kemarin, saya punya waktu agak banyak karena ada cuti peristiwa akibat JDT, tim bola Johor Bahru, menang piala AFC. Hmmm, senangnyaaa. Saya bisa belanja dengan tenang :-D

Sepanjang jalan menuju pasar tani, saya memikirkan menu untuk adik-adik kilang itu. Alhamdulillah ketemu! Sayur asem, goreng asin, rempeyek udang dan sambel terasi. Kuenya, sus aja. Saya sengaja membuat agak banyak, agar ada sisa untuk snack adik-adik sholihah itu.

Pulang dari pasar langsung eksekusi. Bersihkan ayam dan cuci udang, masukkan freezer. Masak sayur, goreng terasi, bikin sambel, goreng udang, goreng asin. Bikin teh. Setelah sayur masak, dua orang dari Cempaka, Detty dan Lisda datang. Saya pun meminta izin melanjutkan pekerjaan. Tepat setelah semua selesai, tiga orang dari Taman Rinting datang. Dan ketika mengaji sudah dimulai, yang dari Cendana pun berdatangan. Alhamdulillah.

Siang itu, kami makan dengan nikmat. Alhamdulillah, semua tandas. Termasuk sus di wadahnya :-)

Berikut ini resep sayur asam:

2 liter air, didihkan di panci stainless steel
1 buah labu siam ukuran besar atau 2 buah ukuran sedang, potong kotak-kotak
15 lenjer kacang panjang, potong pendek
setengah bagian kubis, potong-potong
1 ikat daun melinjo, jika ada (kemarin saya lupa beli *nyengir* padahal udah diingat-ingat)

Bumbu haluskan:
2 buah cabe merah besar, buang biji
10 butir bawang merah kecil
3 siung bawang putih
4 buah kemiri sangrai
2 sdm terasi
1 sdt asam jawa adabi
100gram gula jawa, jika kurang manis tambahkan gula pasir
garam secukupnya

Caranya:
1. Masukkan beberapa lembar salam (jika ada salam merah, lebih harum) dan lengkuas ke dalam rebusan air mendidih
2. Masukkan kacang panjang dan labu lalu tambahkan kubis dan daun bawang, tambahkan gula merah, garam dan gula pasir
3. Di wajan lain, masak blenderan bumbu sampai harum, baru masukkan ke dalam panci
4. Cicip rasanya. Sayur asam harus pas asam, manis dan asinnya. Kalau kata saya mah, sayur yang enak itu yang cenderung manis asem :-)

Sambel terasi:
10 buah cabe rawit merah
1 buah cabe merah besar
2 buah bawang merah besar
1,5 tomat ukuran kecil, potong. Satu tomat dibagi empat.
2 butir bawang putih

Semua bahan digoreng sampai layu, blender, goreng kembali lalu tambahkan 3/4 sdt garam
dan 5 sdt gula. Goreng sampai harum.
Sebenarnya, sambel itu enaknya diulek. Tapi... waktunya ga cukuuuuppp, ahaha.

Terima kasih sudah mampir dan selamat mencoba yaaa...