Tuesday, 15 December 2015

Yogurt Cinta

Semalam, kami pesta yogurt. Bagaimana tidak disebut pesta, jika yogurt yang biasanya menjadi sajian istimewa itu bisa kami nikmati sesuka hati. Yogurt yang saya campur cincangan stroberi ini begitu lembut dan nikmat. Pas manisnya. Pas asemnya. Pas segernya. Hmm, tak terbayangkan, deh! Seriuuuss! Yogurt di kedai mah, lewaaattt...

Ya, semua berkat ilmu baru yang ditularkan oleh Mbak Dhini, sahabat cantik sholihah saya. Jadi cerita lengkapnya begini.


Hari itu, minggu lalu kalau tidak salah, Ibu-ibu istri dosen Indonesia yang bekerja di UTM ini, mengadakan latihan bareng membuat getuk. Benar, makanan berbahan dasar singkong itu sedang naik daun. Semua menyukai getuk buatan Mbak Artha. Singkat cerita, disepakatilah latbar getuk.

Sehari sebelumnya, Mbak Dhini menawarkan starter yogurt via WA. Membuat yogurt sendiri? Whuaaa, tidak pernah terbayang. Apalagi mengingat kami mau back for good. Kebayang rasa yogurt di minimarket dekat rumah yang terlalu cair, yang rasanya kurang pas. Dan yang paling mengerikan adalah bayangan harganya yang terasa muahal, hihihi. Maka, dengan bangga, saya pun menceritakan niatan ini pada Thariq.


"Wah, beneran, Ma? Mama buatlah yang banyak," tanggap Thariq. Saya pun mengulum senyum seraya membayangkan sewadah besar yogurt buatan sendiri.

Qodarullah, saat latbar, puteri cantik Mbak Dhini sakit. Akhirnya mendapat starter pun ditunda. Beberapa hari kemudian, saya mendapat kesempatan ke rumah beliau. Dan saya pun mendapatkan sewadah starter asli Jepang, yang bisa digunakan untuk membuat 2l yogurt. 

Antusias, saya pun bertanya banyak hal. 

Rupanya, starter itu adalah yogurt plain merk apa saja. Yang penting plain. Sayangnya, yogurt plain di Malaysia ini terlalu asam (begini kata Mbak Dhini. Saya sendiri belum pernah merasakannya, hihi. Biasa beli yang sudah ada rasa). 

Nah, dalam sebuah wadah yang bersih, dua sendok makan yogurt plain ini dicampur dengan 2l fresh milk dan 6 sendok makan gula pasir. Aduk sampai rata lalu tutup dengan tissue dapur. Letakkan di atas kulkas. 12 jam kemudian, yogurt dah siap disantap. 

"Ha? Sesederhana itukah, Mbak?" tanya saya.

"Iya, benar, Mbak Ar," jawab Mbak Dhini. "Kalau lihat di youtube memang susunya dihangatkan dulu. Tapi saya nggak begitu juga jadi. Yang penting susunya suhu ruang. Nanti kalau sudah jadi, ambil sebagian untuk dijadikan starter berikutnya."

"Masya Allah, mudahnya. Doakan saya berhasil, ya, Mbak," ujar saya sewaktu pamit. Sepanjang jalan, saya berniat untuk segera membuat yogurt ini dan menernaknya. Demikian Mbak Dhini memberi istilah. 

Kok menernak, sih?

"Iya, kalau punya yogurt atau kefir, itu serasa punya ternak. Selama kita rajin memeliharanya, maka kita akan terus punya. Ini bisa dijadikan lahan bisnis, nih Mbak Ar," suara Mbak Dhini terngiang di telinga dan membuat saya tersenyum sendiri. 

Dan benar saja, sewaktu saya mencoba membuatnya, memang sesimple itu. Alhamdulillah...

Jazakillah khayran katsira untuk Mbak Dhini... ilmunya barokah, insya Allah.

Inilah kenangan terindah dari Mbak untuk kami. Insya Allah jumpa lagi di Bandung, ya, Mbak <3 <3






No comments:

Post a Comment