"Kita ga akan pulang sekarang, Ma. Kita perlu waktu supaya bisa lakukan soft landing. Ayah mau Mama dan anak-anak nyaman saat pindahan nanti."
Itu petikan pembicaraan kami awal tahun 2015.
Rencananya, kami akan pulang tiga tahun kemudian. Setelah kontrak berikutnya. Tapi siapa sangka, begitu banyak kejadian mendadak yang akhirnya membawa kami ke Malang, satu tahun kemudian.
"Soft landingnya, gimana?" tanyaku menggodanya. Sore itu, awal 2017.
Ia tersenyum. "Allah sebaik-baik perencana. Kita tinggal menjalani alurnya."
Aku mendekat, kupeluk ia. "Tak pernah kita menyangka ini semua terjadi pada kita, ya, Ayah. Tapi beginilah kehidupan. Tak semua keinginan kita akan menjadi kenyataan. Sebab tak semua yang kita rencanakan adalah yang terbaik untuk kita. Allah Mahatahu, pasti tak akan membuat kita menderita. Kita hanya harus menurut, saja."
Kami bertatatapan, lalu tersenyum berdua. Mengeratkan genggaman, menikmati malam dingin, di halaman belakang rumah kami.
Kehidupan mengajarku banyak hal. Teramat banyak hingga jika ditulis, mungkin akan menjadi beribu lembar. Pelajaran itu pun, tak melulu berwarna cerah. Terkadang ia kelabu, bahkan hitam pekat. Yang kutahu dan kutandai dari setiap warna itu, jika suatu saat kujumpai langit cerah ceria, maka kami harus waspada, untuk menghadapi datangnya hujan. Sebaliknya, jika kami merasa malam teramat panjang, kami tak perlu risau. Sebab sebentar lagi, pagi akan datang.
Dan begitulah. Sekali lagi, desain Allah selalu paling bagus untuk hidup kami.
No comments:
Post a Comment