Sabtu yang sibuk. Rencananya aku diikutkan lomba menghias tumpeng di tempat mengaji. Dari beberapa menu yang ditawarkan, aku mengambil tugas menyediakan nasi kuning untuk tumpeng.
Maka pagi itu, kubangunkan anak-anak untuk pergi ke pasar membeli santan, beras ketan dan daun. Tapi, setelah dipikir-pikir... kuputuskan untuk membeli keperluan tumpeng di Rumah Sayur aja. Dekat, tidak macet, tinggal jalan kaki.
Segera mereka bersiap, kami pun jalan menuju rumah sayur. Cerita sepanjang jalan membuat letih tak kami rasa. Singkat cerita, kami mendapat semua yang diperlukan: daun, sebutir kelapa, satu pack kara untuk jaga-jaga jika santan kurang, dan beras ketan setengah kilo.
Di tengah jalan, kami sempat mampir beli kue di Bu Heri dan memetik daun jambu untuk merebus bunga pepaya.
Sesampai di rumah, kudapati sebuah berita bahagia dari wa. Proposal Hibah Ristek Dikti si Ayah diterima. Alhamdulillah.
Kusampaikan berita bahagia itu pada Thariq, yang sejak awal kumintai doa. Kami bersyukur bersama.
Pukul tujuh lebih, aku mulai bekerja. Merendam ketan, mencuci beras dan beres-beres dapur. Untuk tumpeng kali ini aku memasak 1,6kg beras pulen cap ikan koi yang kubeli khusus dari pasar Ngunut, 400 gram ketan yang direndam 30 menit, 1 butir kelapa yang diblender bersama 6 buir kunyit lalu dijadikan 2,4 liter santan.
Setelah beras dan ketan siap, segera kukukus sampai setengah matang.
Sementara mengukus, aku merebus santan. Kutambahkan 4,5 sdt garam halus, 4 ruas serai dan 8 lembar daun salam. Setelah mendidih, segera kutuang ke nasi setengah matang yang sebelumnya sudah kuletakkan di dandang besar. Perlaha kuaduk sampai rata. Seraya menunggu santan meresap, kurebus air untuk mengukus aron nasi kuning.
Tiba-tiba HPku berbunyi. Sebuah pesan masuk. Dari Mas.
Lagu. Sekian MB, yag setelah kudownload adalah You Raise Me Up-nya Pak Josh Groban.
Duh, meleleh rasanya. Dengan ge er memenuhi dada, kuperkirakan suamiku itu sedang melow mengenang beberapa minggu ke belakang. Bahwa aku seringkali membesarkan hatinya yang kadang galau soal PPTI ini.
Seperti seminggu lalu saat ia pulang ke rumah.
"Kok Ristek belum ada kabar, ya, Ma? Jadi dapat, gak ya?"
"APBN memang gitu, Ayah. Sabar aja. Dia harus melewati prosedur yang panjang untuk disetujui. InsyaAllah dapat," hiburku.
Ia mengangguk ragu, kala itu.
Dan pagi ini, ketika berita gembira yang ditunggu datang, ia sepertinya mengingat semua itu.
Ayah kenapa kirim lagu ini? Tanyaku via wa.
Gpp
Terharu dengernya
Lagi buka-buka youtube
Ko bagus
Terus cari mp3
Lagu Josh Groban lama
Seertinya sesuai untuk Mama *emoticon senyum dan love*
Mama dah ge er aja. Kebayang ayah yang nyanyi
*Emot love banyak banget*
Ayah ga bisa nyanyi lah
Mama ge er ya hahaha *emoticon capedeh :)*
Cm sesuai lah dengan mama lagunya
Sesuai gimana
Ya sesuai
Coba uraikan
Support mama ke ayah
Ahhh, ternyatamama ga ge er
Alhamdulillah *emot cintaaa haha*
Ga lah
Mmg spt itu
Aamiin insyaAllah
Tanpa mama... apalah ayah ini
I feel so strong with U
dan seterusya berlanjut jadi candaan geje gitu de...
Laluuuuu, capek karena membuat nasi kuning pun langsung menguap. Dengan penuh semangat, kubuatkan anak-anak telor mata sapi dengan bumbu pizza. Kubersihkan dapur hingga mengkilat, membereskan semua yang berantakan di rumah hingga kinclong, dll... dll. Semua terasa ringan dan mudah dilakukan. Ibarat HP, pujian Mas pagi itu membuat bateraiku penuh. Kayaknya ga perlu dicharge sampai ketemu lagi, insyaAllah 19 hari ke depan, hahaha... lebay? Biarin.
Oh iyaaa... Jika nasi sudah keket, alias menyatu betul dengan santan, jangan lupa mengukusnya selama satu jam, ya. Biar ga mudah basi.
Setelah masak, segera masukkan cetakan dengan cara ditekan-tekan sampai padat. Biar nasi mudah dilepaskan dari cetakan, boleh juga oleskan minyak tipis-tipis merata ke cetakannya. Maka, ketika tumpeng dibalik, Thariq dan aku teriak panjaaaaaang, serupa paduan suara.
Alhamdulillah, inilah penampakan tumpengnya saat keluar dari cetakan:-)
Lumayanlah, cantik... hihihi *dipuji sendiri*
Dan begitulah saudara-saudara... Setelah 16 tahun membersamainya, aku merasa kian ngeblend dengan si dia. Kesedihannya adalah milikku. Penatnya kurasa di tubuh dan jiwaku. Tak jarang, aku sudah mengirimnya kabar sesaat sebelum ia melakukannya.
"Baru saja mau wa mama, eh... udah keduluan." --> biasanya begini komentarnya hehe.
Dan kutangapi dengan menggodanya, "Mata hatiku tajem, lho. Makanya hati-hati, jangan macem-macem. Aku bisa rasa."
Alhamdulillah... Untuk semua ini, hanya pada Yang Mahapenyayang syukur ini saya panjatkan. Jika tidak karenaNya, tentulah tak akan sampai kesadaran itu di hatinya.
Semoga Allah senantiasa menjaga cinta kami, terus bermekaran hingga JannahNya nanti, aamiin.
Salam tumpeng hihi.
No comments:
Post a Comment