Minggu ini kami punya tiga ekor ayam dara hasil berburu di pasar tani. Hmm, rasanya punya sekarung harta karun. Maklum, mendapatkan ayam kampung dara di pasar tani bukannya mudah. Kita harus datang pada saat yang tepat. Tidak kepagian, juga tidak kesiangan.
Kalau kepagian, bisa-bisa kita harus menunggu kedatangan sang tukang ayam. Sebaliknya kalau kesiangan, alamat ga kebagian. Maklumlah, gerai ayam kampung ini sepertinya sudah sangat terkenal hingga mampu membuat orang-orang antri panjang.
Biasanya, jika kita sudah mendapatkan ayam incaran, kita masih harus menunggu untuk proses pemotongan. Dan ini juga bukan sebentar. Jadi kalau ditotal-total, hanya untuk mendapatkan ayam, kami harus rela ngantri minimal setengah jam. Nah, benar-benar perjuangan bukan?
Saya pernah sih, nekat beli ngga pake dipotong. Hasilnya, sampai rumah kebingungan mau motong dengan pisau yang mana. Akhirnya tuh ayam dimasak utuh wkwkwkw.
Setelah belajar dari pengalaman, akhirnya saya punya akal untuk pesan. Jadi hari itu, saya sengaja datang ke pasar tani agak siang dan memesan ayam untuk minggu berikutnya. Alhamdulillah, cara ini lebih efektif meski tak luput dari kesalahan. Seperti kali ini, saya pesan seekor ayam betina potong 12 dan tiga ekor ayam dara potong 4. Pas sampai rumah, ehhh rupanya si ayam betina hanya dipotong dua! Naseeebbb...
Ok, kembali ke judul. Setelah dua hari dua malam bingung mau memutuskan resep untuk ketiga ayam dara, akhirnya semalam saya berhasil bertempur di dapur. Start jam 10.30 (pulang tarawih masih beresin ini itu), si ayam saya masak pukul 00.30 dini hari. Wow!
Seperti biasa, saya memakai resep masakan Mbak Endang Just Try and Taste. Cara Mbak Endang menunjukkan step-step ketika masak, membuat saya tergiur. Dan selama ini, meniru resep beliau selalu membuahkan kepuasan di hati.
Nah, karena saya punya tiga ekor ayam dara, berikut modifikasi ukuran resepnya:
Bahan:
2 ekor ayam kampung dara. Punya saya dipotong empat. Eh, yang seekor lagi balik masuk freezer karena si panci ga muat :-D
1/2 sdt baking powder
Bumbu halus:
10 siung bawang merah (saya pakai bawang merah kecil alias shallot. Di JB ini, jika kita sebut bawang merah maka orang akan membayangkan bawang merah besar yang segede bawang bombay)
10 siung bawang putih
10 buah kemiri sangrai
2 sdm serbuk ketumbar (ketumbar sangrai saya haluskan dengan blender kering)
3 sdt garam
3 sdt gula pasir
3 ruas kunyit
2 ruas jahe
Rempah lain:
5 serai ambil putihnya geprek
10 lembar daun jeruk
10 lembar daun salam
2 bongkah lengkuas ukuran besar, geprek
Caranya:
1. Ayam yang sudah dicuci bersih dilumuri baking powder, remas-remas dan masukkan kulkas selama setengah jam. Jangan lupa tutup dengan plastik wrap atasnya biar ga menyebar baunya dan ayam tidak kering.
2. Sementara si ayam ngadem, kita siapkan bumbu halus dan rempah-rempah. Blender semua bumbu halus. Tumis bumbu halus dan rempah sampai harum, matikan api.
3. Setengah jam kemudian, siapkan panci presto. Alasi dengan tiga lembar daun pisang. Ambil rempah daun dan lengkuas dari tumisan bumbu dan masukkan ke dalam panci presto. Setelah itu, masukkan ayam yang sudah dingin ke dalam wajan tempat kita menumis. Aduk-aduk sampai semua ayam tertutup bumbu dengan sempurna.
4. Tata ayam di dalam panci sedemikian rupa. Tambahkan sekotak santan instan dan tambahkan air sampai ayam terendam. Aduk-aduk agar santan bercampur dengan air. Tutup panci presto, jerang di atas kompor. Besarkan api.
5. Masak sampai berdesis. Jika sudah stabil desisnya, kecilkan api. Lanjutkan memasak sampai satu jam kemudian.
Sebenarnya, kemarin rencananya saya memasak setengah jam saja dari desisan. Seperti yang dikatakan Mbak Endang. Malam itu jam sudah menunjukkan pukul 11.50. Farid sudah siap tidur dan saya pun sudah mengantuk. Saya pun menitipkan si panci ke suami yang seperti biasa masih berkutat dengan laptop dan papernya.
"Jangan lupa, Yah!" pesan saya. Untuk urusan ini memang harus diwanti-wanti karena saya tak mau perjuangan saya sia-sia dengan hasil gosong.
Lalu tidurlah saya dengan tenang. Nyenyak. Sampai jam setengah satu, saya terbangun dan teringat si ayam dara yang sedang berjuang untuk lunak di dapur sana.
"Yah, sudah diangkat ayamnya?"
Si Mas terkejut bukan kepalang, langsung meloncat menuju dapur. Tuh kan! Untung aja Allah bangunkan saya. Dan baru tahu, tadi pagi pas mau menggoreng, rupanya waktu satu jamlah yang memang tepat untuk masakan saya ini.
Hasilnya, air tepat berkurang persis seperti foto Mbak Endang. Dan ayam pun lembut sampai tulang-tulangnya. Hmmhh, tak terkatakan enaknya!
Pagi tadi kami makan ayam yang sangat sedap. Anak-anak makan hanya dengan nasi putih hangat sementara saya dan si Mas menambahkannya dengan sambal tomat.
Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah...
--resep asli bisa dilihat di blog Just Try and Taste yaaa. Tulis aja di Google, ayam goreng tulang lunak Just Try and Taste. Pasti langsung ngacai lihat foto-foto Mbak Endang yang cuantik-cuantik itu :-)
Selamat mencoba :-)
No comments:
Post a Comment