Thursday, 15 October 2015

Risoles Diabetik

Catatan Selasa, 14 Oktober 2015

Siang yang terik. Sudah beberapa bulan ini, JB terasa panas. Ditambah jerebu yang terkadang pekat, membuat kami memilih untuk mengurung anak-anak di rumah. Seperti hari ini, saya memutuskan untuk belanja bahan makan siang sendiri. Saya tinggalkan Thariq dan Farid di rumah, sementara Zaki sekolah.

Cepat saja. Setelah mengambil dua papan tempe, sekotak sayur organik, satu pak ikan makarel segar dan dua buah pepaya california, saya pulang. Di perjalanan, Bob, putera kedua Mak Jah menelepon. Karena lampu lalu lintas sedang merah, saya pun mengangkatnya.

Ia memesan sus 30 pcs dan pie sayur. Hah? Pie sayur? Belum terbayang bentuknya. Maka saya katakan saja bahwa saya tak pernah membuatnya.

Beberapa menit kemudian, saat saya sudah sampai di halaman rumah, ia menelepon lagi. Kali ini, ia memesan risoles, 40 biji dengan syarat khusus.

"Jangan manis, ya, Kak. Dia orang tak makan manis. Jangan guna ayam. Carrot sama kentang dengan sayur lain, jer."

"Sayur lain apa, ya, Bang?" saya sedikit ngehang. Belum kebayang :-)

"Apa-apa saja lah, Kak. Kacang pies, ker?"

Tanpa berpikir lagi saya pun menyanggupinya. Setelah telepon ditutup barulah otak mulai berpikir. Hihi, telat, Jeng.

Proses berpikir terus berlanjut bahkan selama memasak makan siang. Hingga sesaat setelah selesai memasak, saya pun browsing, mencari pie sayur.

Alhamdulillah dapat dari web Sajian Sedap. Risoles sayur tak nak manis pun terbayang indah di mata*lebay

Singkat cerita, malam harinya saya ke Jusco lagi untuk membeli sayuran beku. Dan keesokannya, resep dalam bayangan itu pun saya eksekusi.

Nah, inilah resepnya, :-)

Bahan isi:
1 kg sayuran beku (wortel, jagung dan kacang kapri kupas), biarkan di suhu ruang sampai tak beku lagi, rebus sebentar sampai kacangnya lembut.
Seledri beberapa lembar

Bumbu:
tiga sendok minyak bunga matahari
3 minipak butter *merk anchor
1 buah bawang bombay ukuran besar cincang halus
1/2 sdm merica
1/4 sdm pala
400ml susu segar *saya memakai susu bubuk yang saya cairkan
2 sdt garam
5sdm terigu

Caranya:
1. Panaskan minyak dan butter sampai butter cair
2. Masukkan bawang bombay, masak sampai harum
3. Tambahkan gula, garam, merica dan pala, lanjutkan menumis sampai harum
4. Tambahkan terigu, aduk rata
5. Tambahkan susu, aduk sampai licin
6. Tambahkan sayuran beku dan seledri
7. Aduk sampai meletup-letup, angkat, dinginkan.

Masukkan ke dalam kulit risoles, gulung, celup ke putih telur dan gulingkan ke bread crumbs. Goreng sampai kecokelatan.

Kata Thariq, rasanya seperti biasa *nyengir
Kata salah satu staf Mak Jah, rasanya sedap.
Kata Mas Satriaku, rasanya sedaaaap. Lebih sedap dari risoles yang biasanya. Beliau sampai habis tujuh *nyengir lagi

Oh iya, resep kulit ada di blog ini juga yaaa. Tepatnya di resep Risoles Rogout Ayam. Selamat mencoba :-)



Monday, 12 October 2015

Ia Bermuka Masam

'Abasa

Ramadhan kemarin, bocah empat tahun itu ikut mendengarkan murottal Syeikh Mishary Rashid yang selalu disetel Mamanya di Ipad. Dan beberapa minggu berikutnya, tepat saat ia berulang tahun keempat, ia menunjukkan hafalannya. Di suatu siang, di mobil, setelah mengantar sang Abang.

Mama terkejut. 

"Masya Allah, Farid hafal 'Abasa, Nak?"

Farid, "Iya, Ma. Farid pandai mengaji."

Masya Allah, Mama terharu. Sekali lagi disuruhnya si anak memuroja'ah hafalannya dan ia berusaha membetulkan yang kurang betul.

Cara pengucapannya memang belum sempurna. Farid belum bisa menyebut R dengan jelas. Tapi insya Allah, yang dilafalkannya sudah benar. Runut. Sekaligus mengikuti cara Syeikh favorit anak-anak itu membaca. 

Sesampai di rumah, Mama merekamnya. 

Dan semalam, Mama memintanya untuk muroja'ah. Maka benarlah. Memberi ilmu pada anak-anak seperti menulis di batu, sedangkan memberi ilmu pada orang tua seperti menulis di air. Beda dengan Mama yang harus beberapa kali dibenarkan atas hafalan yang sudah dicapai di masa lalu, Farid tidak demikian. Ia lancar dan tidak mudah lupa. Allahu Akbar.

Terima kasih, Allah. Jagalah hafalanku dan hafalan anak-anakku, aamiin.


-------------------

Resep kali ini, adalah tentang sepaket pesanan adik-adik PPI. Mereka memesan lontong sayur lengkap, untuk memperingati Hari Raya Iedul Adha. Alhamdulillah, dengan budget yang mereka sediakan, Dear Cafe menyuguhkan lontong, sayur lodeh labu kubis tahu pong kacang panjang dan daging, kerupuk bunga, balado telor dan martabak telor. Alhamdulillah prosesnya lancar, tak menyulitkan.

Berikut resep sayur lodehnya:
Bumbu halus:
Bawang merah
Bawang putih
Cabe merah besar
Laos
Kemiri
Ebi sangrai yang sudah dihaluskan dengan blender


Caranya: 
Tumis bumbu sampai wangi, tambahkan daun jeruk dan daun salam, lanjutkan menumis sampai makin wangi.

Di panci terpisah sudah direbus berbagai sayur sampai setengah lunak.


Masukkan tumisan bumbu dalam panci sayur, aduk-aduk, tambahkan gula garam dan merica, biarkan meresap

Masukkan santan pekat sampai kuah lontongnya terlihat pekat oleh santan

Tambahkan potongan daun bawang dan bawang goreng, matikan api

Hmmm... jadi laper :-P


Kerajaan

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ عَبَّاسٍ الْجُشَمِىِّ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ  إِنَّ سُورَةً مِنَ الْقُرْآنِ ثَلاَثُونَ آيَةً شَفَعَتْ لِرَجُلٍ حَتَّى غُفِرَ لَهُ وَهِىَ سُورَةُ تَبَارَكَ الَّذِى بِيَدِهِ الْمُلْكُ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan pada kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Qotadah, dari ‘Abbas Al Jusyamiydari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada suatu surat dari al qur’an yang terdiri dari tiga puluh ayat dan dapat memberi syafa’at bagi yang membacanya, sampai dia diampuni, yaitu: “Tabaarakalladzii biyadihil mulku… (surat Al Mulk)” (HR. Tirmidzi no. 2891, Abu Daud no. 1400, Ibnu Majah no. 3786, dan Ahmad 2/299).

Hampir pukul sebelas malam. Kulangkahkan kaki menuju kamar anak-anak dan kudapati keduanya sedang melafalkan Surah Al Mulk, yang sudah mereka hafal sejak awal tahun ini.

Masya Allah. Betapa haru hati ini. Allahku, jagalah mereka. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah, manusia yang paling Engkau cintai, berikanlah syafa'at kepada mereka dan muliakanlah mereka, aamiin.

Beberapa hari ini, Abang agak rewel karena Zaki selalu tidur di kamarnya. Ah, Nak. Andai kalian tahu, masa-masa kebersamaan ini akan kalian rindukan suatu hari, ketika kalian besar nanti, pasti kalian tak ingin berpisah satu sama lain. Pasti kalian akan selalu ingin bermain bersama-sama.

Selagi kecil, rajutlah kenangan indah untuk bekal kalian membesar nanti.

Hmm, mengingat anak-anak memang akan selalu menyisakan tarikan senyum di bibir kita. Semoga kita dikaruniai anak-anak sholih, yang kelak akan menjadi penyambung amal ketika kita sudah tak lagi ada di dunia ini, aamiin.

Hari ini, tak ada masakan istimewa. Tapi belakangan ada pesanan beberapa kali. Nah, kita upload resep lemper saja, ya.

Bahan:
1 kg beras ketan, cuci bersih, rendam sepuluh menit atau sampai bisa dipatahkan, tiriskan.
Didihkan:
500 ml air
Santan RM 2, beli di mas (sepertinya dari sebutir kelapa, sebab santannya kentaaal banget).
1 sdt agak munjung garam
8 lembar daun salam
Setelah mendidih, masukkan beras ketan dan kecilkan api. Sesekali aduk biar tidak berkerak. Setelah santan terserap habis, angkat dan matikan api #haha, ya iyalah. Ga efektif banget nih kalimat :-)
Isi:
1,5 dada ayam utuh (beli yang dagingnya doang), kukus, suwir halus, sisihkan
Bumbu haluskan:
8 butir bawang merah
5 siung bawang putih
5 butir kemiri sangrai
1,5 sdm ketumbar sangrai
gula garam dan asam secukupnya. Intinya, rasanya tuh cenderung manis asem. Tapi asinnya harus pas, ya. 
Caranya:
Tumis bumbu halus, tambahkan daun jeruk dan salam, masak sampai wangi
Masukkan ayam, aduk rata
Masukkan santan, aduk terus sampai santan habis dan isi kering. Eits, tapi jangan sampai gosong ya.
Sisihkan.

Sediakan daun yang cantik, bakar di atas api kecil sampai layu dan potong dengan ukuran sama, Di sini, seringgit daun cuma bisa dipakai untuk 10 biji lemper, hiks. Mahalnyaa... Di kampung mah, cukup metik ke kebun Ibu Tulung Agung atau Yang Mi di samping rumah Polowijen. 
Finishing:
Bungkus dua telapak tangan dengan plastik
Ambil segenggam ketan pipihkan
Ambil ayam suwir secukupnya. Kata saya, ayam ini ga boleh terlalu sedikit, ntar ngga berasa. Tapi juga ga boleh kebanyakan, ntar eneg. 
Lonjongkan dengan posisi isi ga boleh terlihat dari luar
Rapikan
Bungkus di daun seperti membungkus arem-arem *nah loh, susah ngejelasinnya :-)
Boleh disemat dengan lidi atau pakai stapler. Tapi untuk stapler harus hati-hati nih, jangan sampai jatuh ke ketan, ya. 
Jadi deh... selamat mencoba :-)

Friday, 9 October 2015

Rindu dan Semangkuk Asinan

Rindu

Hari ini, aku belajar arti rindu
Rindu seorang hamba pada kesholihan masa lalu, saat ia dekat dengan Sang Maha Perindu

Hari ini, aku belajar tentang arti cinta
Cinta yang terjalin karena Sang Mahacinta
Yang menyatukan hati dua muslimah yang sebelumnya tak pernah berjumpa,
hingga dekat begitu rupa

Maka Allahku,
Kumohon, jagalah kami agar senantiasa berada di jalanMu
Jagalah kami agar senantiasa mencintai dan dicintaiMu

Agar kami tak tersiksa oleh rindu,
seperti halnya ia, nun jauh di sana

Dan panggillah ia kembali ke jalanMu,
agar rindu yang buncah di hatinya,
menemui muara indah
bersamaMu,

Aamiin

_____________________________________________________

Hiks, jadi sedih. Whatapps-an sama seorang sahabat membuat kami berdua menangis malam ini. Yang sabar ya sahabat... doaku bersamamu.

Oh iya, beberapa hari lalu, saya mendapat amanah untuk membereskan sekresek mangga menjadi asinan. Wahh, tantangan nih hihihi.

Hari minggu, seorang teman dari Jakarta bersama kawan-kawannya berkenan mampir ke rumah. Dan esok lusanya, Bunda Pipiet pun berkenan menginap di rumah. Maka proyek mangga pun tertunda.

Alhamdulillah semalam, setelah diajak jalan-jalan sama Pak Satria dan anak-anaknya, saya kuatkan hati untuk mengurus si mangga. Sudah malu banget sama yang nganter kemari, hehehe.

Maka beginilah resepnya, :-)



Sekresek mangga, cuci bersih, kupas, potong-potong.

Rebus bersama 400ml air: 185 gram cabe merah besar (sisa pesanan lontong sayur masa itu haha) yang sudah dicuci dan diblender halus, 350 gram gula pasir, 1,25 sdm garam halus.

Rebus sampai beberapa lama agar bau cabe mentahnya ilang.

Angkat, diamkan beberapa saat.

Kucuri dua buah jeruk nipis ukuran besar (jeruknya dipukul-pukul dulu agar airnya buanyak)

Saring dam masukkan ke dalam wadah.

Masukkan irisan mangga.

Diamkan sampai suhu ruang dan masukkan ke kulkas.

Alhamdulillah, pagi tadi dah siap untuk dimakan. Kata Mbak Artha dan Bu Tuti asinannya enak. Masya Allah, Alhamdulillah. Padahal awalnya ga pede bikinnya, hihihi.

Selamat mencobaaa <3