Saturday, 15 February 2020

Bali Makarel dan Tempe

Berkali, dalam hidup aku mengalami hal-hal di luar bayanganku. Seperti yang terjadi hampir sepuluh hari lalu. Kami sedang berbahagia karena Bapak dah berangsur pulih. Ibu yang sejak awal berencana ke Bandung bersama Lek Sus dan Mbak Atik, sepupuku, melanjutkan niat beliau. 'Dibarengkan dengan niat Mas Satria pindahan saja," ujar Ibu kala itu.

Kholis, adikku pun berinisiatif membelikan beliau bertiga tiket kereta api. Siang itu kujemput ketiganya dan kuantar ke stasiun. Suasana begitu bahagia.

Esok paginya, kumulai rutinitas baru, mengantar makanan untuk Bapak dan Kholis. Semua berjalan lancar. Aku pulang beberapa jam kemudian setelah semua settle.

Di jalan, kunikmati alunan musik rancak. Sesekali aku ikut bersenandung. Semua masih bahagia hingga saat aku masuk ke dapur setelah mengantarkan si sulung ke depan menemui gojeknya, aku mendapati telepon dari Mas.

Suara Lek Sus terdengar di seberang.

"Ar, ojo kaget ya tak kabari. Ibu tibo. Bla... bla... bla... "

Aku berusaha mencerna setiap kalimat Bulikku tapi beberapa miss dari pendengaran dan otakku. Aku tahu, menghadapi situasi begini aku harus ridho. Allah sudah mengukur semuanya dan menjadikan ketentuan ini insyaAllah terbaik bagi kami.

Sepanjang hari itu, aku tak beranjak dari kasur di lantai atas. Telepon tetap di genggaman, wa... telepon... video call. Mbak Atik, Lek Sus, Mas. Bergantian.

Jika beberapa menit saja tak berbalas, air mata menitik.

Allah... Allah... kuatkan hamba, bisikku dengan linangan air mata.

Siangnya, "Ma... kata dokter bedah plastik, Ibu angkat jahitan Sabtu. Jadi Ibu pulang minggu depan ya, insya Allah Senin sampai. Mama urus Bapak di sana, Ayah bantu Ibu di sini."

Kabar kedua dari ayahnya anak-anak harus kuterima. Bismillah. Semoga Allah mudahkan.

Menjelang sore kukabari Kholis dan dia tenang menerimanya. Hingga beberapa hari berikutnya kami berkoordinasi. Bekerjasama. Kholis yang bersihkan rumah, aku yang menyediakan makanan. Alhamdulillah lancar.

Dan benar, tak ada sedikit pun keraguan bahwa skenarioNya adalah yang terindah. Mundurnya Ibu dan rombongan kembali ke Malang membawa kebahagiaan untuk beliau bertiga. Bapak pun saat diberitahu bahwa kepulangan Ibu ditunda, bisa menerima dengan tenang.

Alhamdulillah, tanpa sengaja Allah memberikan liburan pada tiga perempuan yang mungkin sebelum ini tak pernah berlibur.

Barakallahu fiikum Bu, Lek dan Mbak.

Dan selama beberapa hari menyediakan makanan, kulihat menu ini menjadi salah satu menu fav Bapak.

Bali tempe dan makarel

Bahan:
2 papan tempe dipotong dan digoreng. Jangan terlalu kering.
1 ekor makarel dipotong dan digoreng,

Bumbu:
10 butir bawang merah
5 siung bawang putih
3 buah cabe merah buang isi
1 ruas jahe kupas
1 buah tomat besar

Semua bumbu diblender, tumis dengan minyak kelapa sampa harum lalu tambahkan kecap manis. tambahkan air.Masukkan semua bahan dan aduk rata. Biarkan sampai air meresap dan setengah mengering.

Disajikam demgam bening gambas, duh segernya :)

No comments:

Post a Comment