Sudah lama banget pengen mencoba resep brownies keju Pak Sahak ini. Sayangnya selalu kelupaan beli cream cheese. Hingga tiga hari lalu keingetan pas belanja dan langsung beli. Alhamdulillah, semalam sudah bisa praktek.
Membuat kue baru, selalu mengingatkan saya pada Bapak dan Ibu. Juga adik-adik saya yang sholih sholihah *pengen nangis kangen sekangen-kangennya
Jadi ingat, tiap pulang kampung, saya selalu berusaha untuk memasak yang istimewa sekaligus membuat kue aneka rupa tiap harinya. Senang sekali melihat wajah-wajah bahagia yang melahap makanan itu.
Pagi itu, saya membuat siomay bandung dengan tiwul ayu. Saat memberikan kuenya ke Bapak, beliau berujar, "Sudah. Jangan sering-sering ngasih makanan yang enak ke Bapak. Nanti kalau kamu balik ke Johor, cacing di perut Bapak bingung nyari makanan buatanmu."
Waktu itu, saya ngakak mendengarnya. Bapak memang lucu. Ada saja kelakar yang beliau buat.
Tapi hari ini, saya baru menyadari. Mungkin itu pesan kerinduan Bapak akan hadirku di sisinya. Aih, jadi melow deh.
Sejak tahun 1999, saya sudah meninggalkan Malang. Ya, saya yang dulunya beliau antar ke manapun pergi, yang selalu mabok kalau naik kendaraan umum, yang tak pernah jauh bahkan kuliah pun mencari yang dekat rumah, harus merantau. Tak dekat menurut saya waktu itu. Saya harus pindah ke luar kota luar propinsi. Di Bandung tepatnya. Sejak itu, otomatis saya jarang bersama beliau berdua.
Berjumpa jika mudik saja. Kalau masih gadis, masih mending. Tiap ada kesempatan, saya bisa mudik. Entah cuma empat hari, yang penting bisa menuangkan rasa rindu di hati. Tapi sejak menikah yang kemudian langsung punya anak 11 bulan kemudian, hanya setahun sekali kami berjumpa. Jika dulu saat lebaran, sejak kami pindah ke negeri ini, kami pulang jika liburan anak sekolah tiba.
Alhamdulillah masih bisa pulang, Ar. Bersyukur... bersyukur.... *istighfar
Ya, saya bersyukur sekali masih bisa pulang tiap tahun dengan waktu yang lumayan lama. Sebulan minimal. Saya juga masih bisa menelepon beliau berdua setiap waktu. Tapi... tetap saja sedih tiap buat kue begini. *inget lagi deh
Saya belum bisa mencapai cita-cita saya, untuk mengirimi Bapak Ibu apa pun yang saya masak tiap hari. Belum juga bisa memenuhi harapan untuk menjadi sopir mereka ke manapun mereka pergi.
Semoga suatu saat bisa tercapai, aamiin.
Okeeee, kita balik ke sini aja deh. Biar kering air mata iniiih *gyaaa ketularan alay pulak. Ups... pula *typo :-P
Ini dia resepnya, masih nempel di kepala, :-)
Langkah-langkahnya:
1. Siapkan wadah besar untuk mixer dan masukkan bahan A, yaitu 100 gram gula pasir, tiga butir telur size B serta ovalet setengah sendok. Mixer hingga putih berjejak.
2. Masukkan bahan B yang sudah diayak, yait 60 gram terigu, 40 gram maizena, 40 gram susu bubuk, setengah sendok teh garam. Mixer dengan kecepatan rendah.
3. Dalam wadah yang lain, mixer bahan C yaitu 250 gram cream cheese dan 50 gram butter. Semalam, butter di kulkas hadiah aunty depan rumah rupanya sudah kadaluwarsa. Akhirnya pakai margarin planta. Saya yang tak paham perbedaannya, sih, merasa kuenya sedap-sedap saja, hihihi.
4. Campur adonan dengan bahan C aduk rata.
5. Masukkan ke dalam loyang ukuran 22cm persegi yang sudah dioles margarin dan dialas kertas roti.
6. Kukus dengan api kecil selama 30 menit atau sampai matang.
7. Angkat dari kukusan, taburi dengan keju cheddar parut.
Rasanya kayak apa? Enak, ngeju dan kayak cheese cake kata saya mah. Kata Thariq juga enak. Kata Zaki, ada bau susu, hihihi. Ayah dan Farid tak nak... hik... hik... huwaaaaaa *nangis guling-guling
Tuesday, 28 October 2014
Monday, 27 October 2014
Tiwul Ayu
Waktu saya remaja dulu, kira-kira kelas dua SMU, Rikha adik perempuan saya satu-satunya (emang adik cuma dua, satu lelaki satu perempuan hihi), suka membuat kue ini. Tiwul ayu namanya. Rikha dapat resep dari gurunya di SMP 5.
Saya sendiri sudah lupa rasanya. Apakah tiwul ayu Rikha sama dengan tiwul ayu ini, :-)
Tapi yang jelas, belasan tahun lalu, saya tidak mau ikut-ikutan membantu. Alasannya satu, setiap saya membantu hasilnya pasti menyedihkan. Entah kuenya bantat, ga mekar atau apalah, yang jelas gagal.
Herannya, ketika saya sudah menceburi profesi ini, Alhamdulillah setiap resep yang saya coba selalu sukses. Alhamdulillah. Siapa yang menolong jika bukan Allah, ya? Makasih, Ya Allah...
Tiwul ayu termasuk jenis kue yang banyak dipesan. Biasanya sih untuk hadiah, ya. Berbeda dengan brownies yang minta dipotongkan sekali, pemesan tiwul ayu mintanya gelondongan begitu saja. Mungkin karena bentuknya cantik, ya. Kan pakai loyang loaf. Mana hasilnya mengembang, jadi tampak tinggi dan kokoh, :-)
Eits, apa itu istilah di atas? Gelondongan? Hihihi, jadi ingat istilah dana APBN. Ada istilah dana gelondongan, yaitu total dana yang diperoleh sebuah lembaga. Aih, kenapa tiba-tiba rindu ngelembur ngerjakan angka begini, ya? --> pikiran melayang ke kantor di Bandung
Woi, bangun, Budheee! Mana resepnya?
Oh iyaaa, ini resep tiwul ayunya, ya. Monggo dicatat dan dipraktekkan.
Bahan-bahan:
200 gram gula merah sisir
50 gram gula pasir
1 sdm ovalet
5 butir telur size B
100ml santan kental (boleh diganti evaporated milk)
300 gram terigu
100 gram gula merah sisir
setengah butir kelapa setengah tua, parut memanjang dan taburi garam secukupnya, kukus, sisihkan.
Cara membuat:
1. Olesi loyang dengan margarin sampai rata, sisihkan.
2. Mixer telor, gula merah, gula pasir dan ovalet sampai putih berjejak.
3. Tambahkan terigu dan santan secara bergantian sedikit demi sedikit. Aduk rata.
4. Tuang ke dalam loyang sampai setengahnya, taburi tengahnya dengan gula merah sisir, tutup kembali dengan adonan sampai penuh.
5. Kukus dengan api sedang selama 30 menit. Biasanya saya tambahkan 10 menit lagi biar tanak dan ga cepat basi.
6. Angkat dari kukusan. Tunggu dingin sebelum dilepas dari cetakan.
7. Makan dengan taburan kelapa parut.
Eh, ini kue favorit baby kami, lhooo. Baby? Hah, Farid maksudnya. Dia suka menyebut dirinya baby, :-D
Selamat mencobaaa...
Salam hangat,
Ar
Saya sendiri sudah lupa rasanya. Apakah tiwul ayu Rikha sama dengan tiwul ayu ini, :-)
Tapi yang jelas, belasan tahun lalu, saya tidak mau ikut-ikutan membantu. Alasannya satu, setiap saya membantu hasilnya pasti menyedihkan. Entah kuenya bantat, ga mekar atau apalah, yang jelas gagal.
Herannya, ketika saya sudah menceburi profesi ini, Alhamdulillah setiap resep yang saya coba selalu sukses. Alhamdulillah. Siapa yang menolong jika bukan Allah, ya? Makasih, Ya Allah...
Tiwul ayu termasuk jenis kue yang banyak dipesan. Biasanya sih untuk hadiah, ya. Berbeda dengan brownies yang minta dipotongkan sekali, pemesan tiwul ayu mintanya gelondongan begitu saja. Mungkin karena bentuknya cantik, ya. Kan pakai loyang loaf. Mana hasilnya mengembang, jadi tampak tinggi dan kokoh, :-)
Eits, apa itu istilah di atas? Gelondongan? Hihihi, jadi ingat istilah dana APBN. Ada istilah dana gelondongan, yaitu total dana yang diperoleh sebuah lembaga. Aih, kenapa tiba-tiba rindu ngelembur ngerjakan angka begini, ya? --> pikiran melayang ke kantor di Bandung
Woi, bangun, Budheee! Mana resepnya?
Oh iyaaa, ini resep tiwul ayunya, ya. Monggo dicatat dan dipraktekkan.
Bahan-bahan:
200 gram gula merah sisir
50 gram gula pasir
1 sdm ovalet
5 butir telur size B
100ml santan kental (boleh diganti evaporated milk)
300 gram terigu
100 gram gula merah sisir
setengah butir kelapa setengah tua, parut memanjang dan taburi garam secukupnya, kukus, sisihkan.
Cara membuat:
1. Olesi loyang dengan margarin sampai rata, sisihkan.
2. Mixer telor, gula merah, gula pasir dan ovalet sampai putih berjejak.
3. Tambahkan terigu dan santan secara bergantian sedikit demi sedikit. Aduk rata.
4. Tuang ke dalam loyang sampai setengahnya, taburi tengahnya dengan gula merah sisir, tutup kembali dengan adonan sampai penuh.
5. Kukus dengan api sedang selama 30 menit. Biasanya saya tambahkan 10 menit lagi biar tanak dan ga cepat basi.
6. Angkat dari kukusan. Tunggu dingin sebelum dilepas dari cetakan.
7. Makan dengan taburan kelapa parut.
Eh, ini kue favorit baby kami, lhooo. Baby? Hah, Farid maksudnya. Dia suka menyebut dirinya baby, :-D
Selamat mencobaaa...
Salam hangat,
Ar
Wednesday, 15 October 2014
Siomay Udang Ayam
Biasanya, saya bikin siomay ikan tengiri. Tapi kalau ikan lagi susah di pasaran sementara anak-anak request siomay, bolehlah membuat siomay ayam udang. Rasanya sebelas dua belas dengan siomay ikan. Apalagi kalau sudah dicampur bumbu, saos dan sambal. Ga kerasa bedanya, hihihi.
Alhamdulillah anak-anak juga menyukainya. Meski saya harus mencari udang yang benar-benar bagus supaya alergi Thariq tidak kambuh, :-)
Sedikit cerita tentang alergi udang dan ketam Iq. Kalau makan di luar, meski nyicip sedikiiitt, Thariq akan alergi. Entah gatal di bibir atau bengkak-bengkak. Tapi kalau saya yang masak, alerginya aman damai sentausa. Tidak kambuh. Heran juga, ya. Akhirnya saya simpulkan sendiri, alergi Thariq tidak akan kambuh jika udang dan ketamnya masih segar :-) *maksa
Ini resepnya:
400 gram dada ayam, potong kotak, blender halus
10-15 ekor udang segar (pilih yang benar-benar segar, ditandai dengan otaknya yang masih kenyal, tidak hancur), blender bersama ayam
5 siung bawang putih, parut
2 sdm saos tiram
1,5 sdm minyak wijen. Di JB, ada beberapa brand minyak wijen. Pilih yang ada label halalnya, :-)
garam dan merica secukupnya
daun bawang secukupnya (saya suka agak banyak, rasanya lebih sedap)
4-5 butir telur size B
250 gram tepung terigu
150 gram tepung ubi
air 100 ml atau kurangkan jika terlalu lembek
Caranya:
1. Masukkan semua bahan kecuali tepung dalam satu wadah, aduk rata.
2. Tambahkan tepung sedikit demi sedikit.
3. Cicip, dengan cara masukkan sesendok adonan ke dalam air mendidih, masak sampai mengapung dan cicip. Boleh juga digoreng sedikit, asalkan ada cara kita untuk mencicipi. Ada juga sih, yang tega nyicip mentah-mentah, hihihi... tapi itu kan ada telor, ayam dan udang. Takut ada bakteri yang ngikut ke perut, hiiiii *hehehe
5. Masukkan ke kulit wantan atau kulit lumpia. Silakan dipilih. Kalau saya, untuk batagor enakan pakai kulit wantan, sebaliknya kalau untuk siomay enakan kulit popia. Kulit popia lebih lembut dan tahan lembut meskipun dingin. Kalau kulit wantan harus diangetin dulu, baru enak, :-) Kalau dingin keras, hehehe.
6. Masukkan juga ke tahu putih yang sudah dibelah tengahnya.
7. Kukus bersama telur, kentang (yang sebelumnya sudah dicuci terlebih dahulu), kubis dan pare.
8. Cara penyajian: letakkan siomay, tahu, kentang, pare,kubis dan telur yang sudah dibelah dua dalam satu mangkuk. Siram kuah kacang, tambahkan sambal, kecap dan saos jika suka. Kucuri jeruk limau jika mau, :-)
Kuah Kacang:
Untuk membuat bumbu, langkah yang harus dilakukan adalah merebus air setengah panci. Masukkan 3 buah cabai merah yang sudah dibuang bijinya, 3 siung bawang putih dan beberapa lembar daun jeruk. Rebus sampai matang, angkat dan blender bersama kacang goreng. Masukkan kembali ke dalam panci sampai agak mengental. Tambahkan gula merah sisir dan garam. Aduk rata. Tambahkan santan secukupnya. Aduk rata dan tunggu sampai sedikit mengental. Tak perlu ditunggu sampai kental sangat karena kuah kacang akan mengental sendiri ketika dingin.
Selamat mencobaaa... Kapan-kapan saya upload siomay ikan tengiri ya :-)
Monday, 13 October 2014
Oskab
Berinteraksi dengan teman-teman masa kecil, mengingatkan saya akan boso walikan. Tahu, kan, kalau di Malang, masyarakat memiliki bahasa khas yang pengucapannya dibalik. Salah satunya adalah si oskab ini, alias bakso. Di sana, ga ada bakso malang. Adanya bakso saja alias oskab, hohoho...
Selama di JB ini, saya belum pernah sukses membuat penthol alias bakso dagingnya. Untunglah, ada penjual penthol yang rasanya miriiiippp banget dengan yang di Malang sono. Bukan mudah untuk mendapatkannya. Saya tahu pertama kali dari Bu Terry, sahabat sekaligus kakak saya di JB ini. Beliau memberi alamat lengkap: Jalan Seraya 15. Sejak mengetahui alamatnya, saya bertekad untuk ke sana suatu hari nanti. *jeng... jeeeeng!
Maka saya pun merayu-rayu si Mas supaya mau mengantar. Hei, bukan mudah ke tempat yang baru sendirian. Saya memang bisa nyetir sendiri, tapi membaca GPS saya tak seberapa pandai. Daripada kesasar dan hilang di negeri orang *ge-er amat*, lebih baik saya melancarkan rayuan maut.
Alhamdulillah, baru rayuan abal-abal, si Mas sudah bersedia mengantar. Maka pergilah kami ke Seraya 15. Di mana? Haduuhhh, jangan disuruh menjelaskan deh. Susah *elap keringet di dahi
Lebih baik seting aja GPS dengan alamat itu dan langsung nyetir ke sana, hihi. Mbulet, rek!
Singkat cerita, setelah penthol di dapat, esoknya saya pun membuat bakso malang.
Ini resepnya:
Kuah:
2 bagian tulang kaki sapi, cuci bersih *menurut saya wajib nih pakai tulang bagian kaki, karena harumnya yang berbeda dengan tulang lain. Kaldunya sedap tapi ga berlemak. Beda dengan tulang iga atau tulang punggung misalnya, lemaknya ampun dah.
Didihkan dua panci air. Satu panci besar, isi sampai setengahnya. Satu panci sedang, isi air kira-kira sampai tulang terendam
Setelah mendidih, masukkan tulang ke panci sedang. Setelah mendidih, angkat tulang dan masukkan ke panci besar.
Rebus sampai satu setengah jam dengan api kecil.
Tumis 5 siung bawang putih dalam sedikit minyak canola, masukkan ke dalam rebusan kaldu. Tambahkan garam dan sedikit gula serta merica bubuk. Aduk rata, masukkan penthol, masak lagi sampai setengah jam atau penthol cukup lembut (jika sebelumnya dibekukan di freezer).
Isian untuk tahu dan goreng:
500 gram daging cincang
1 sdm bawang goreng
2 butir telur
200 gram tepung ubi
air secukupnya
Masukkan semua bahan dalam food processor, putar sampai lembut.
Isian ini bisa dimasukkan ke kulit wantan --> digoreng --> jadilah goreng
Masukkan ke tahu putih --> kukus
Masukkan ke tahu pong --> kukus
Kalau saya, sebelum saya masukkan ke kulit wantan, isian saya bulat-bulat kecil *semacam penthol kecil* lalu saya rebus sampai terapung. Ini untuk menghindari isian belum matang sempurna saat digoreng. Maklumlah, kulit wantan ini mudah sekali mateng sementara daging kan agak lama, yah...
Begitulah...
Jika semua sudah siap, sajikan dengan cara berikut:
Ambil mangkuk
Masukkan goreng, tahu kukus, tahu pong, siomay *jika ada*, lontong atau mie lalu siram kuah dan tambahkan penthol. Taburi bawang daun, seledri dan bawang goreng. Siap deeeehhhh... Eits, bleh ditambahkan saos tomat dan kecap jika suka, :-)
Selamat mencobaaa...
Brownies Ny. Liem
Dulu, semasa masih tinggal di Bandung, saya mengenal kue ini dari teman kantor. Indri dan Dewi namanya. Kebetulan Indri tinggal di dekat toko brownies paling terkenal kala itu, Brownies Amanda.
Meski demikian, saya jarang sekali memakannya. Ehm, seingat saya, malah bisa dihitung dengan jari. Tepatnya, jika ada konsumsi untuk meeting atau Rakornas. Pengalaman membeli pun tak lebih dari lima kali. Sekali diantar suami, lainnya lagi-lagi ikut Dewi, saat membeli oleh-oleh untuk teman di kantor Jakarta.
Saya memang tak begitu menyukainya. Saya lebih memilih molen, batagor, tahu sumedang, atau peuyeum *eh, siapa yang nawarin? haha
Tapi... ketika saya sudah menjelma menjadi tukang kue, ternyata saya sering berinteraksi dengan kue hitam manis ini. Pertama kali membaca resepnya, saya memilih memakai resep Ny. Liem, karena bagian tengahnya yang mengilat, mengingatkan saya akan brownies yang di Bandung itu.
Dan ketika kue ini saya launcing untuk diperdagangkan, Alhamdulillah, responnya luar biasa. Setidaknya, Ustadz Yusuf Mansyur, Katon, Ustadz Solmet, staf KJRI Johor Bahru, adik-adik PPI, Mak Jah Cafe dan pelanggannya serta beberapa staf UTM pernah merasakan brownies Ny Liem buatan tangan saya. Alhamdulillah...
Ini resep lengkapnya, :-)
Bahan I:
125 gram terigu serbaguna
50 gram cokelat bubuk *pilih yang sedap punya, yaa...
1/4 sdt garam
1/2 sdt vanili
Bahan II:
100 gram dark cooking chocolate
1 cangkir minyak goreng kualitas bagus
Bahan III:
6 butir telur size B *kalau size A cukup 5 buah saja
225 gram gula pasir
1/2 sdt ovalet
Bahan IV:
70 ml susu kental manis
Caranya:
1. Tim DCC hingga leleh sempurna, angkat dari api dan tambahkan minyak goreng (bahan II), dinginkan.
2. Ayak bahan I, sisihkan.
3. Campurkan bahan III dalam satu wadah besar, mixer sampai putih berjejak. Cirinya, jika mixer bergerak akan meninggalkan jejak di adonan.
4. Tambahkan bahan I yang sudah diayak sedikit demi sedikit, aduk rata.
5. Tambahkan bahan II yang sudah dingin, aduk balik alias diaduknya sambil dibalik-balik adonannya biar minyak yang mengendap di dasar wadah bisa tercampur rata.
6. Bagi adonan menjadi tiga bagian, salah satunya campurkan dengan SKM dan aduk rata.
7. Siapkan loyang 22cm, oles margarin dan alasi dengan kertas roti. Masukkan satu bagian adonan, kukus selama 10 menit.
8.Masukkan adonan yang dicampur dengan SKM, kukus 10 menit lagi.
9. Masukkan adonan terakhir, kukus 20 menit.
10. Lakukan tes tusuk untuk mengetahui kematangan kue. Jika lidi yang kita pakai untuk menusuk kue sudah bersih, tidak ada adonan yang melekat, itu artinya kue kita sudah matang. Angkat dari kukusan, langsung balik di atas kertas roti.
11. Dinginkan, potong-potong.
Kalau bosan yang biasa saja, brownies ini juga bisa dimodifikasi. Dioles dengan butter cream dan ditambah parutan keju, misalnya.
Selamat mencobaaa :-)
Subscribe to:
Posts (Atom)