Monday, 13 October 2014

Oskab


Berinteraksi dengan teman-teman masa kecil, mengingatkan saya akan boso walikan. Tahu, kan, kalau di Malang, masyarakat memiliki bahasa khas yang pengucapannya dibalik. Salah satunya adalah si oskab ini, alias bakso. Di sana, ga ada bakso malang. Adanya bakso saja alias oskab, hohoho...

Selama di JB ini, saya belum pernah sukses membuat penthol alias bakso dagingnya. Untunglah, ada penjual penthol yang rasanya miriiiippp banget dengan yang di Malang sono. Bukan mudah untuk mendapatkannya. Saya tahu pertama kali dari Bu Terry, sahabat sekaligus kakak saya di JB ini. Beliau memberi alamat lengkap: Jalan Seraya 15. Sejak mengetahui alamatnya, saya bertekad untuk ke sana suatu hari nanti. *jeng... jeeeeng!

Maka saya pun merayu-rayu si Mas supaya mau mengantar. Hei, bukan mudah ke tempat yang baru sendirian. Saya memang bisa nyetir sendiri, tapi membaca GPS saya tak seberapa pandai. Daripada kesasar dan hilang di negeri orang *ge-er amat*, lebih baik saya melancarkan rayuan maut.

Alhamdulillah, baru rayuan abal-abal, si Mas sudah bersedia mengantar. Maka pergilah kami ke Seraya 15. Di mana? Haduuhhh, jangan disuruh menjelaskan deh. Susah *elap keringet di dahi
Lebih baik seting aja GPS dengan alamat itu dan langsung nyetir ke sana, hihi. Mbulet, rek!

Singkat cerita, setelah penthol di dapat, esoknya saya pun membuat bakso malang.

Ini resepnya:
Kuah:
2 bagian tulang kaki sapi, cuci bersih *menurut saya wajib nih pakai tulang bagian kaki, karena harumnya yang berbeda dengan tulang lain. Kaldunya sedap tapi ga berlemak. Beda dengan tulang iga atau tulang punggung misalnya, lemaknya ampun dah.
Didihkan dua panci air. Satu panci besar, isi sampai setengahnya. Satu panci sedang, isi air kira-kira sampai tulang terendam

Setelah mendidih, masukkan tulang ke panci sedang. Setelah mendidih, angkat tulang dan masukkan ke panci besar.

Rebus sampai satu setengah jam dengan api kecil.

Tumis 5 siung bawang putih dalam sedikit minyak canola, masukkan ke dalam rebusan kaldu. Tambahkan garam dan sedikit gula serta merica bubuk. Aduk rata, masukkan penthol, masak lagi sampai setengah jam atau penthol cukup lembut (jika sebelumnya dibekukan di freezer).

Isian untuk tahu dan goreng:

500 gram daging cincang
1 sdm bawang goreng
2 butir telur
200 gram tepung ubi
air secukupnya

Masukkan semua bahan dalam food processor, putar sampai lembut.

Isian ini bisa dimasukkan ke kulit wantan --> digoreng --> jadilah goreng
Masukkan ke tahu putih --> kukus
Masukkan ke tahu pong --> kukus

Kalau saya, sebelum saya masukkan ke kulit wantan, isian saya bulat-bulat kecil *semacam penthol kecil* lalu saya rebus sampai terapung. Ini untuk menghindari isian belum matang sempurna saat digoreng. Maklumlah, kulit wantan ini mudah sekali mateng sementara daging kan agak lama, yah...

Begitulah...

Jika semua sudah siap, sajikan dengan cara berikut:
Ambil mangkuk
Masukkan goreng, tahu kukus, tahu pong, siomay *jika ada*, lontong atau mie lalu siram kuah dan tambahkan penthol. Taburi bawang daun, seledri dan bawang goreng. Siap deeeehhhh... Eits, bleh ditambahkan saos tomat dan kecap jika suka, :-)

Selamat mencobaaa...

No comments:

Post a Comment