Sejak di Malang, saya seperti kehilangan kesaktian membuat kuih muih (baca: kue-kue, Melayu). Mungkin benar kata orang-orang, bahwa Indonesia itu surganya kuliner jadi kita tak perlu susah payah membuat sendiri karena segala dijual di luar sana. Tinggal pilih, rasa dan kualitas sesuai harga.
Bahkan meski kami semua ngumpul akibat pandemi ini, saya jaraaaang sekali membuat kue. Hingga seminggu ini Allah kembalikan semangat saya. Pertama membuat uli alias tetel. Ketan yang dibeli sekira setengah tahun lalu akhirnya dikukus juga, Alhamdulillah.
Dilanjutkan membuat tiwul ayu yang berhasil membuat semua ber'uwauw!
"Lama sangat mama ngga buat kue ini. Dulu di JB sering banget!" komen Ayah.
"Iya, akhirnya kue ini ada lagi!" komen Thariq.
"Waahhh Mama berhasil buat kue ini lagi!" Zaki pula.
"Makasih sudh membuat ini, ya Ma," giliran Farid.
Dan begitulah, tiwul ayu tak sampai dibagikan ke tetangga karena ternyata sudah sold out by own member πππ
Keesokan harinya Mama berhasil membuat sus vanila, 2 resep. Seperti sebelumnya, kue ini juga habis sebelum sore, hihihi.
Dan hari ini, saya berhasil membuat pizza dengan rasa seperti di JB dulu. Resep ini saya dapatkan dari Bu Tuti, kawan kami sesama istri pensyarah a ka dosen UTM. Dari Bu Tuti juga saya tahu bahwa aroma pizza didapat dari Italian Herb. Sebelumnya, di dapur selalu tersedia Italian Herb yang saya beli khusus di AEON JB. Bahkan ketika kami sudah pindah ke Malang, saya selalu membelinya ketika kami berkunjung ke JB. Tapi setahun ke belakang, saya mencampurnya sendiri, dari bumbu-bumbu kering yang saya beli di Giant atau Superindo. Alhamdulillah rasanya tidak jauh beda.
Nah, ini resep pizza legend itu yaa.
Hal pertama yang saya lakukan adalah blender dada ayam lalu disangrai hingga airnya habis. Selanjutnya membuat pizza base yaitu:
500 gram terigu segitiga biru
2 butir telur
200ml air hangat cenderung panas yang ditambahkan 1 sdt garam himalaya
1 sdm gula pasir
1 sachet fermipan
1 sdm margarin
Caranya:
Dalam wadah aluminium, masukkan terigu lalu tambahkan fermipan dan gula. Campur rata. Tambahkan telor di tengah-tengah, aduk-aduk. Tambahkan air sedikit-sedikit, uleni sampai tercampur. Tambahkan margarin. Adonan sedikit lengket, tidak apa-apa. Tutup panci dengan serbet basah, diamkan selama lebih kurang 1 jam.
Setelah 1 jam, kempiskan adonan dan bagi 3 atau 4 sesuai besar loyang. Pipihkan di pizzan pan.
Topping:
1 sdm saus delmonte
bawang bombay iris melintang jadi bulat-bulat
1/3 paprika warna seadanya. Kali ini adanya warna kuning hehehe
Ayam cincang
Nanas potong sesuai selera, saya suka yang banyak nanasnya. Seger!
Setelah pizza siap sedia di pannya, kita oles secara merata kecuali bagian pinggirannya, dengan saus tomat. Lalu taburi Italian herb, ayam cincang, bombay, paprika, nenas, terakhir tutup dengan parutan keju.
Saat di JB kami dengan mudah mendapat mozarela kualitas bagus dengan harga terjangkau. Di sini agak mahal. Itulah sebabnya jika ada diskonan saya langsung ambil untuk persediaan. Tapi kali ini saya tidak punya, jadi manfaatkan saja keju cheddar yang ada ππ
Oven selama 30 menit dengan suhu 190derajat celcius api atas bawah. Letakkan di rak paling bawah, ya. Setelah matang, potong menjadi 8.
Kali ini, Mama senaaang sekali karena Zaki habis banyak. Alhamdulillah. Semoga berkah ya Zaki sholeh πππ
Okay, selamat mencoba yaaaπ
Tuesday, 30 June 2020
Sunday, 28 June 2020
Bakwan a ka Bala-bala
Sejak zaman dulu hingga bulan lalu, aku tidak pernah sukses membuat bakwan, weci a ka bala-bala. Jika tidak lembek, terlalu keras, asin, tawar, atau masalah lain yang intinya tak pernah enak.
Menjelang lebaran, saat aku mengambil lontong di rumah Teh Nisa, aku dikasih bala-bala rasanya sedaaaappppp sekali. Pas banget buat buka puasa.
Beberapa hari kemudian, Teh Nisa mengirimi kami adonan bala-bala. MasyaAllah baiknyaaa. Mana diajarin pula resep dan tipsnya: jangan encer! π
Berbekal tips tersebut kuberanikan membuat bala-bala lalu mencatatnya dengan detail. Nahhh ini dia resep a la bude Ar yaa:
150 gram sayur campur: wortel. kubis, seledri, daun abwang, bawang india semuanya diiris-iris tipis
300 gram tepung cakra
460 ml air mentah
Bumbu halus:
5 siung bawang merah
3 butir bawang putih
1 sdt garam
1 sdt peres gula pasir
1/2 sdt merica
Semua dicampur sampai rata lalu goreng dengan minyak panas.
Sajikan bersama cabe atau petis yaa...
Menjelang lebaran, saat aku mengambil lontong di rumah Teh Nisa, aku dikasih bala-bala rasanya sedaaaappppp sekali. Pas banget buat buka puasa.
Beberapa hari kemudian, Teh Nisa mengirimi kami adonan bala-bala. MasyaAllah baiknyaaa. Mana diajarin pula resep dan tipsnya: jangan encer! π
Berbekal tips tersebut kuberanikan membuat bala-bala lalu mencatatnya dengan detail. Nahhh ini dia resep a la bude Ar yaa:
150 gram sayur campur: wortel. kubis, seledri, daun abwang, bawang india semuanya diiris-iris tipis
300 gram tepung cakra
460 ml air mentah
Bumbu halus:
5 siung bawang merah
3 butir bawang putih
1 sdt garam
1 sdt peres gula pasir
1/2 sdt merica
Semua dicampur sampai rata lalu goreng dengan minyak panas.
Sajikan bersama cabe atau petis yaa...
Nasi Mandhi Kesukaan
Saat kami silaturahim ke rumah Bu Terry di JB tahun lalu, kami disuguhi nasi mandhi lengkap bersama salad, sambal dan minuman. Rasanya sedap hingga menjilat jari, kata orang Melayu. Tak berhenti sampai di sana, beberapa hari kemudian kami ditraktir di resto Wadi Hana Elarabi. Sebuah resto Arab terkenal di tengah kota JB.
Dan kejutan terus berlanjut sewaktu kami diberi bingkisan berupa paket lengkap nasi mandhi: beras basmathi, aroma asap dan rempahnya. MasyaAllah, bahagia tak terkira.
Sejak saat itu, nasi mandhi menjadi salah satu menu andalan saya. Jika ada tamu, atau saat berkunjung ke rumah Ibu, saya membawanya. Bahkan ketika Farid khitan, salah satu sajiannya adalah nasi mandhi. Alhamdulillah πππ
Daannn, berikut resep dan langkah-langkahnya ya:
1. Cuci 700gram beras basmathi lalu rendam selama 30 menit. Tiriskan.
2. Selama beras direndam, masak daging kambingnya.
1 kg paha kambing diblansir lalu tiriskan.
Tumis dengan minyak dorang atau zaitun:
15 butir bawang putih utuh sampai keemasan
1,5 buah bombay ukuran besar yang sudah dipotong dadu, sampai bening
4 buah cabe hijau besar, sampai harum
Tambahkan 2 sdt rempah mandhi, aduk merata.
Tambahkan 1.5 sdt garam dan 1 sdt gula pasir, aduk-aduk.
Masukkan daging aduk rata, tambahkan air sampai daging terendam. Tambahkan 1 sdt aroma asap dan 1/2 sdt shafron. Aduk-aduk, tutup panci presto. Dari mendesis, masak 20 menit.
Masak nasi:
Tumis sesuai urutan bersama minyak zaitun atau dorang:
15 butir bawang putih utuh sampai keemasan
1,5 buah bombay ukuran besar yang sudah dipotong dadu, sampai bening
2 buah cabe hijau besar dan 1 buah paprika hijau, sampai harum
Tambahkan 1 sdt rempah mandhi, aduk merata.
Tambahkan 1.5 sdt garam aduk-aduk.
Tambahkan 1 sdm minyak sapi, aduk sampai harum.
Masukkan ke dalam rice cooker yang sudah berisi beras dan air. Tambahkan 4 sampai 5 sendok sayur ukuran besar air rebusan kambing mandhi. Tambahkan 1 sdt aroma asap, tutup rice cooker.
Setelah nasi matang, tambahkan shafron di 5 titik permukaan nasi. Tutup kembali biarkan selama 10 menit. Buka dan aduk sekenanya sehingga tercipta nasi dengan gradasi warna yang cantik.
Untuk sambalnya, rebus cabe rawit dan bawang putih lalu blender bersama sebatang daun ketumbar dan sedikit garam.
Salad:
1 kuntum iceberg lettuce, sobek-sobek
1 batang timun jepang, bagi 4 dan iris agak tebal
1 paprika merah, slice
1 buah bawang india iris tipis
Tambahkan 2 sdt gula, 1/2 sdt garam, 2 atau 3 sdm minyak zaitun, perasan 1/2 buah lemon dan lada hitam secukupnya. Aduk rata.
Nah, dagingnya bisa langsung dimakan atau dibungkus aluminium foil dan dibakar dalam oven.
Selamat mencoba. Salam dari Bude Ar π
Dan kejutan terus berlanjut sewaktu kami diberi bingkisan berupa paket lengkap nasi mandhi: beras basmathi, aroma asap dan rempahnya. MasyaAllah, bahagia tak terkira.
Sejak saat itu, nasi mandhi menjadi salah satu menu andalan saya. Jika ada tamu, atau saat berkunjung ke rumah Ibu, saya membawanya. Bahkan ketika Farid khitan, salah satu sajiannya adalah nasi mandhi. Alhamdulillah πππ
Daannn, berikut resep dan langkah-langkahnya ya:
1. Cuci 700gram beras basmathi lalu rendam selama 30 menit. Tiriskan.
2. Selama beras direndam, masak daging kambingnya.
1 kg paha kambing diblansir lalu tiriskan.
Tumis dengan minyak dorang atau zaitun:
15 butir bawang putih utuh sampai keemasan
1,5 buah bombay ukuran besar yang sudah dipotong dadu, sampai bening
4 buah cabe hijau besar, sampai harum
Tambahkan 2 sdt rempah mandhi, aduk merata.
Tambahkan 1.5 sdt garam dan 1 sdt gula pasir, aduk-aduk.
Masukkan daging aduk rata, tambahkan air sampai daging terendam. Tambahkan 1 sdt aroma asap dan 1/2 sdt shafron. Aduk-aduk, tutup panci presto. Dari mendesis, masak 20 menit.
Masak nasi:
Tumis sesuai urutan bersama minyak zaitun atau dorang:
15 butir bawang putih utuh sampai keemasan
1,5 buah bombay ukuran besar yang sudah dipotong dadu, sampai bening
2 buah cabe hijau besar dan 1 buah paprika hijau, sampai harum
Tambahkan 1 sdt rempah mandhi, aduk merata.
Tambahkan 1.5 sdt garam aduk-aduk.
Tambahkan 1 sdm minyak sapi, aduk sampai harum.
Masukkan ke dalam rice cooker yang sudah berisi beras dan air. Tambahkan 4 sampai 5 sendok sayur ukuran besar air rebusan kambing mandhi. Tambahkan 1 sdt aroma asap, tutup rice cooker.
Setelah nasi matang, tambahkan shafron di 5 titik permukaan nasi. Tutup kembali biarkan selama 10 menit. Buka dan aduk sekenanya sehingga tercipta nasi dengan gradasi warna yang cantik.
Untuk sambalnya, rebus cabe rawit dan bawang putih lalu blender bersama sebatang daun ketumbar dan sedikit garam.
Salad:
1 kuntum iceberg lettuce, sobek-sobek
1 batang timun jepang, bagi 4 dan iris agak tebal
1 paprika merah, slice
1 buah bawang india iris tipis
Tambahkan 2 sdt gula, 1/2 sdt garam, 2 atau 3 sdm minyak zaitun, perasan 1/2 buah lemon dan lada hitam secukupnya. Aduk rata.
Nah, dagingnya bisa langsung dimakan atau dibungkus aluminium foil dan dibakar dalam oven.
Selamat mencoba. Salam dari Bude Ar π
Saturday, 27 June 2020
Bihun Goreng
Sudah lama sekali ingin menulis di blog ini lagi. Ya, sejak pertengahan Maret, anak-anak diliburkan karena pandemi yang melanda. Tak pernah kami duga sebelumnya jika kami akan melewati masa-masa bersama, selalu, di dalam rumah.
Exciting? Pastinya. Bayangkan, sejak akhir 2015 kami jarang sekali bersama.
Ayah mengajar di Bandung, setidaknya 400km dari rumah. Datang setiap 10 hari sekali, bertahan di rumah selama 5 hari dan begitu seterusnya. Abang dan Mas sibuk sekolah dari pagi sampai sore. Bahkan sejak masuk Smanti, Abang soooo busyyy. Diantar paling pagi dan pulang by Gojek paling malam: jam 8, 8.30 bahkan beberapa kali lebih malam dari itu. Selain sekolah, futsal, SKI, Abang juga les di GO. Terkadang dia juga ngopi bareng genkπ
Jadi sering-seringnya hanya Farid dan mama yang banyak menghabiskan masa di rumah ini. Itupun belakangan Farid mulai sibuk karate dan les English. Duh, budak kicik ini, suka sekali les katanya π
Pokoknya akhir-akhir ini mama merindukan masa-masa saat terus bersama seperti di JB dulu.
Lalu tibalah masa pandemi ini. Ayah wfh. Abang dan adik-adiknya SFH. Mama speechless. Alhamdulillah ala kulli hal. Betapa Allah Mahalembut, mengabulkan ingin hati mama.
"Allah mudahkan Ayah menebus waktu, ya Ma. Hingga bisa bersama anak-anak dan Mama lagi," ujar Ayah suatu hari. Aku tersenyum.
Allahu Akbar!
Maka tiga bulan kemarin menjadi masa-masa yang tak akan pernah terlupakan. Saat-saat awal diwarnai dengan kesibukan menggila di dapur karena makanan cepat sekali habis πππ
Mama pun mengeluarkan segala resep makanan agar seluruh anggota keluarga selalu semangat. Ayah memastikan persediaan buah tak pernah telat karena katanya buah bisa meningkatkan imunitas.
Alhamdulillah, masa pandemi ini segala bisa dibeli dengan mudah melalui pasar online. Paprika yang pernah sekilo 50 ribu mendadak menjadi 17ribu saja. Daging slice mudah didapat hingga bisa membuat beef teriyaki. Ikan kakap hitam mudah didapat. Daging Mbak Ami dan ayam kampung pun bisa didapat dengan wa. Mama juga mendapat link pemasok sayuran organik. Tukang sayur keliling pun siap dengan berbagai jenis sayur yang awalnya hanya Mama dapat di pasar Oro-oro Dowo.
Alhamdulillah... syukur pada Allah.
Salah satu pencapaian mama adalah berhasil membuat bihun goreng. Pencapaian? Iyaa, sebab selama ini selalu gagal wkwkwkw. Ok, berikut resepnya yaa.
Bahan:
1 pack bihun jagung. Yup, ternyata bihun jagung ini tahan banting. Tak mudah patah seperti bihun beras.
3 butir telur, buat orak arik
Sosis jika suka
Sayuran hijau: boleh pokcoy atau lainnya. Kadang Mama juga mengikutsertakan jamur, paprika dll
Rebus bihun dalam air mendidih sampai lunak, tiriskan, siram di bawah air mengalir sampai bihun dingin.
Tumis:
3 atau 4 butir bawang putih geprek
1 atau 2 butir bawang merah iris
1 bawang bombay iris
Setelah bawang harum, masukkan garam, gula dan merica, aduk-aduk. Tambahkan kecap, saus tiram, saus tomat, kecap asin dan minyak wijen.Aduk-aduk, masukkan bihun,orak arik telor, bawang daun dan sayuran. Aduk rata. Cicip rasa.
Biasanya bagian ini Mama akan memanggil Abang. Mama males ngincip masakan sendiri hihihi.
Setelah semua pas, angkat dan sajikan dengan taburan bawang goreng dan seledri.
Exciting? Pastinya. Bayangkan, sejak akhir 2015 kami jarang sekali bersama.
Ayah mengajar di Bandung, setidaknya 400km dari rumah. Datang setiap 10 hari sekali, bertahan di rumah selama 5 hari dan begitu seterusnya. Abang dan Mas sibuk sekolah dari pagi sampai sore. Bahkan sejak masuk Smanti, Abang soooo busyyy. Diantar paling pagi dan pulang by Gojek paling malam: jam 8, 8.30 bahkan beberapa kali lebih malam dari itu. Selain sekolah, futsal, SKI, Abang juga les di GO. Terkadang dia juga ngopi bareng genkπ
Jadi sering-seringnya hanya Farid dan mama yang banyak menghabiskan masa di rumah ini. Itupun belakangan Farid mulai sibuk karate dan les English. Duh, budak kicik ini, suka sekali les katanya π
Pokoknya akhir-akhir ini mama merindukan masa-masa saat terus bersama seperti di JB dulu.
Lalu tibalah masa pandemi ini. Ayah wfh. Abang dan adik-adiknya SFH. Mama speechless. Alhamdulillah ala kulli hal. Betapa Allah Mahalembut, mengabulkan ingin hati mama.
"Allah mudahkan Ayah menebus waktu, ya Ma. Hingga bisa bersama anak-anak dan Mama lagi," ujar Ayah suatu hari. Aku tersenyum.
Allahu Akbar!
Maka tiga bulan kemarin menjadi masa-masa yang tak akan pernah terlupakan. Saat-saat awal diwarnai dengan kesibukan menggila di dapur karena makanan cepat sekali habis πππ
Mama pun mengeluarkan segala resep makanan agar seluruh anggota keluarga selalu semangat. Ayah memastikan persediaan buah tak pernah telat karena katanya buah bisa meningkatkan imunitas.
Alhamdulillah, masa pandemi ini segala bisa dibeli dengan mudah melalui pasar online. Paprika yang pernah sekilo 50 ribu mendadak menjadi 17ribu saja. Daging slice mudah didapat hingga bisa membuat beef teriyaki. Ikan kakap hitam mudah didapat. Daging Mbak Ami dan ayam kampung pun bisa didapat dengan wa. Mama juga mendapat link pemasok sayuran organik. Tukang sayur keliling pun siap dengan berbagai jenis sayur yang awalnya hanya Mama dapat di pasar Oro-oro Dowo.
Alhamdulillah... syukur pada Allah.
Salah satu pencapaian mama adalah berhasil membuat bihun goreng. Pencapaian? Iyaa, sebab selama ini selalu gagal wkwkwkw. Ok, berikut resepnya yaa.
Bahan:
1 pack bihun jagung. Yup, ternyata bihun jagung ini tahan banting. Tak mudah patah seperti bihun beras.
3 butir telur, buat orak arik
Sosis jika suka
Sayuran hijau: boleh pokcoy atau lainnya. Kadang Mama juga mengikutsertakan jamur, paprika dll
Rebus bihun dalam air mendidih sampai lunak, tiriskan, siram di bawah air mengalir sampai bihun dingin.
Tumis:
3 atau 4 butir bawang putih geprek
1 atau 2 butir bawang merah iris
1 bawang bombay iris
Setelah bawang harum, masukkan garam, gula dan merica, aduk-aduk. Tambahkan kecap, saus tiram, saus tomat, kecap asin dan minyak wijen.Aduk-aduk, masukkan bihun,orak arik telor, bawang daun dan sayuran. Aduk rata. Cicip rasa.
Biasanya bagian ini Mama akan memanggil Abang. Mama males ngincip masakan sendiri hihihi.
Setelah semua pas, angkat dan sajikan dengan taburan bawang goreng dan seledri.
Subscribe to:
Posts (Atom)