Pagi dengan langit cerah. Kampus UTM masih sepi karena para students sedang bercuti. Biasanya yang lebih banyak tinggal saat liburan adalah international student seperti dari Irak, Yaman, Indonesia dan lainnya. Mahasiswa lokal tentu memilih balik kampung.
Kala mahasiswa tak seberapa banyak, jumlah kue yang kujual juga tak begitu banyak. Tapi kita tahu, Allah Mahapemurah, kan ya? Jualan harian yang sedikit itu Allah ganti dengan begitu melimpahnya pesanan. Dari Mak Jah, Kak Anie, Kak Ida, Kak Ina, Mak Long dan yang lainnya. Ah, rindunya. Mereka semua adalah guruku dalam berdagang. Kehangatan mereka menyambutku membuat semangat di hati ini tak pernah padam. Aku merasa memiliki saudara baru di negeri jiran. Alhamdulillah.
Hari itu, seusai mengantar kue ke Mak Jah dan Kak Ida di pagi harinya, aku kembali mengantarkan kue pesanan sekira pukul sembilan. Sekotak besar kue sus kupangku seraya menjalankan motor pinjaman Pak Taib, dosen UTM rekan penelitian Mas Satria. Motor berwarna merah itu tak pernah rewel sedikit pun. Setia menemani kami. Mengantarku ke kedai-kedai untuk meletakkan kue dagangan, juga mengantar Mas Satria ke makmal -laboratorium, Melayu.
Tapi tak seperti biasanya, pagi itu aku merasa motor Pak Taib berbeda. Knalpotnya sangat panas melebihi batas hingga membakar ujung bawah celana panjangku dan membuatnya sedikit berlubang. Tepat di depan lapangan seberang istal, motor itu mati mesinnya. Berhenti tiba-tiba tanpa memberi tanda. Aku yang sama sekali buta mesin motor merasa sedikit cemas. Apa yang harus kulakukan? Aku turun dari motor. Kuletakkan kotak kue yang penuh berisi barisan sus. Kupandangi jam, masih setengah jam menuju waktu yang kujanjikan ke Mak Jah. Aku memperhatikan sekeliling. Sepi. Sejauh mata memandang, tak seorang pun orang Indonesia yang tampak.
Tiba-tiba seseorang menepi tak jauh dari tempatku berhenti. Bertanya dalam bahasa Inggris, kujawab dan kuceritakan kronologisnya. Tanpa banyak bicara, lelaki sebaya suamiku yang katanya berasal dari Iran itu langsung mengambil alih motorku, Entah apa yang dibetulkan hingga tak lama motor itu sudah menyala lagi. Pesannya, jangan matikan mesin sampai aku tiba di parkir U8 lagi.
MasyaAllah Alhamdulillah. Hari itu, aku mendapat bantuan yang sangat kuperlukan dari seseorang yang bahkan tak kukenal namanya. Mungkin ini tanaman Ibu Bapakku yang senantiasa ringan tangan pada siapa pun. Mungkin ini doa-doa orangtua kami. Yang jelas, tumbuh azzam di hati kecilku untuk lebih banyak memberi seikhlas mungkin. Tak perlu berharap balas manusia karena Allah sebaik-baik pemberi imbalan. Allah Tahu saat tepat untuk mengembalikan kebaikan yang kita tanam. Ya, pada saat yang tepat. Entah langsung pada kita atau ditunda bagi anak cucu kita kelak. Jika tidak di dunia, niscaya akan kita panen di akhirat sana.
Mengenang semua itu, mataku memanas. Terlebih sembari mendengar alunan lagu-lagu musisi melayu yang hits saat kami di sana.
Allah, terima kasih tak terhingga untuk semua cerita, apapun itu, dalam hidupku. Semua indah untuk kukenang kembali. Alhamdulillah... Makasih yaa Robbana๐๐๐
Masa-masa itu rasanya tak akan habis diceritakan. Ia lekat dalam ingatan seperti lekatnya rasa nasi kerabu Mak Izzudin. Beberapa waktu lalu, saat hati merindukan tanah kelahiran Farid dan Aisyah Rahimahullah itu, aku mencari resep nasi kerabu yang semirip mungkin dengan buatan Emak Izzudin. Dan inilah hasilnya.
Siapa tahu ada yang penasaran. Berikut resep dan stepsnya yaa.
Nasi Biru:
Semangkuk kecil bunga telang, direbus dalam air mendidih dan saring. Air bunga telang digunakan untuk menanak nasi dalam rice cooker. Jika ingin harum tambahkan serai dalam air rebusannya.
Sementara kita memasak nasi, buatlah lauk pendampingnya.
1. Ikan tepung goreng: saya menggunakan ikan tengiri. Sepertinya gurame lebih gurih, ya. Silakan memakai jenis ikan kesukaan. Goreng dengan tepung andalan. Saya memakai tepung yang saya beli di Mbak Sri, tukang sayur andalan. Setelah ikan digoreng, sisihkan.
2. Kerabu:
Bahannya adalah kubis potong halus, daun kesum rajang, bunga kantan atau kecombrang iris tipis dan kecambah siangi. Semua diaduk hingga tercampur rata, sisihkan.
3. Solok Lada:
Bahan:
Cabe hijau ukuran besar yang lurus, buang biji dan isi dengan ikan tengiri berbumbu.
500 gram tengiri giling
6 sdm kelapa parut yang sudah disangrai
6 butir bawang merah, haluskan
3 siung bawang putih, haluskan
3 cm jahe, haluskan
1 sdt serbuk lada hitam
1.5 cangkir santan
garam gula sesuai selera
Semua bahan dicampur, cicip rasa lalu masukkan ke dalam cabe hijau, kukus.
4. Kelapa Ikan
500gram tengiri giling, kukus.
1/2 buah kelapa parut sangrai
Bumbu halus:
6 buah bawang merah
3 siung bawang putih
3 batang serai
gula garam
Campur semua bahan, sangrai kembali sampai semua bahan matang dan rasa sesuai harapan.
Penyajian:
Nasi
Solok lada
Kelapa ikan
Kerabu
Ikan Goreng
Telor Asin belah dua
Sambal jika suka
Di Malang, saya sedikit kesulitan mencari kecombrang. Saat praktek nasi kerabu, saya membawa kecombrang dari Bandung.
Selamat mencoba yaa... Semoga sukses.
No comments:
Post a Comment