Tuesday, 5 September 2017

Arem-arem dan Kisah Cinta Kita

Kehidupan pernikahan kami terlewati di berbagai tempat. Dari 16 tahun lebih, belum dua tahun kami tinggal di kota kelahiranku. Beberapa hari setelah menikah hingga 5 tahun berikutnya, kami hidup di Bandung. Sama-sama kerja. Sama-sama berkarier. Lalu 8 tahun lebih sekian bulan selanjutnya, kami merantau ke negeri jiran.Baru akhir 2015 lalu kami kembali kemari.

Dan ketika kemarin, di perjalanan akan menjemput anak-anak pulang sekolah, lalu dia bertanya, "Sejak menikah, berapa kali kita berantem?"

Aku terhenyak. Terkejut. Takjub dengan pertanyaan lelaki super cuek di sampingku.

Kupandangi wajahnya lekat. Ada haru menyeruak. Ada geli. Juga rasa tak percaya. Ia yang biasa sibuk dengan pekerjaan dengan sadar mengajukan pertanyaan itu.

"Waahhh, ga keitung kali, Sayang!" Alih-alih mengeluarkan suara lembut manja, aku malah berteriak sambil tertawa.

Ia melirikku sebentar sebelum fokus pada jalanan padat di depan kami.

Ya. Rumah tangga mana yang bersih dari berantem. Aku yakin ga ada. Hanya mungkin intensitas dan kehebohan berantemnya yang berbeda. Dan kami... Awal-awal menikah dulu sering banget berantem begitu heboh hahaha.

Sekarang Alhamdulillah kami sudah sama-sama kalem. Rasa cinta di hati kami pun serasa terus bermekaran. #uhuk hihi

Alhamdulillah untuk semua nikmat ini.

Dan kemarin, aku harus kembali mengingat-ingat pelajaran mbuat arem-arem. Makanan ringan yang lumayan berat, yang dulu sering kubuat. Semasa kami di JB.

Berikut resepnya yaaa.

3 papan tempe, potong dadu setengah sentian, goreng, sisihkan.
500gram daging bagus, blender halus.

Haluskan bumbu:
Bawang merah
Bawang putih
Cabe merah
Laos

Tumis bumbu halus, tambahkan daun salam, gula garam. Cicip rasa, sisihkan.

Aron 1 kg beras dengan air yang agak banyak supaya menjadi nasi lembek. Tambahkan 2sdt garam, 1/2 kelapa yang diambil santannya. 2 batang serai.

Kukus 20 menit.

Masukkan sebagian nasi ke daun, tambahkan isian, gulung dalam daun. Kukus 30 menit.

Arem-arem ini sebagian besar kukirim ke TK Farid untuk makan sehat anak-abak, didampingi brownies hehehe. Alhamdulillah.

-------------
Untuk suamiku, makasih untuk semuanya. Doaku di nadimu.

Saturday, 1 July 2017

Nge-Lodho di Ngunut

Lebaran pertama tahun ini kami merayakannya di Ngunut, kota tempat Ibu Mertua tercinta tinggal. Tahun lalu, kami merayakannya di rumah sendiri di Tidar lalu dilanjutkan ke Polowijen, di rumahIbu Bapak tersayang.

Singkat cerita, kami bertolak ke barat pada hari Jumat, H-3 lebaran. Setelah membersihkan seluruh rumah dan menyiapkan dua jenis kue kering lebaran, kami berangkat sekira pukul 2 siang. Masih puasa, lah yaa... Jadi harus menyiapkan bekal berbuka. Alhamdulillah ada mie goreng sisa sahur dan nasi putih.

Alhamdulillah, perjalanan lancar. Saat hampir berbuka, kami mencoba mampir ke beberapa restoran terkenal di Blitar. Sayangnya semua fully booked. Akhirnya kami lanjutkan perjalanan sampai ke Ngunut dan berbuka di warung sate gule langganan.

Esoknya, aku diantar Ibu hunting ayam kampung. Selepas subuh, menyusuri jalanan Ngunut yang lengang, kami ke daerah sebelah barat. Di sepanjang jalan yang dituju, beberapa pedagang bersepeda menjajakan ayam mereka. Setelah melewati penawaran yang cukup alot, hihihi, kami berhasil membeli dua ekor ayam jago ukuran besar seharga seratus sepuluh ribu saja. Ayam tersebut harus kami bawa ke pasar yang jaraknya cukup jauh, untuk dipotongkan. Aduh, berat bookkk...

Sementara Ibu antri di tukang potong, saya belanja bumbu dan sayuran di pasar. Rencananya, ayam tersebut akan kami masak lodho. Masakan khas tulung agung. Dan saya diamanahi untuk memasaknya sampai siap santap. Untunglaahhhh saya membawa panci presto dari Malang, jadi nggak perlu lama-lama berkutat di dapur hehehehe.

Nah, inilah resep lodho ayam khas Tulung Agung:

1 ekor ayam kampung, bakar di atas arang. Kalau nggak ada, mungkin bisa dioven atau dipanggang di happy call kali ya, hehehe

Bumbu halus:
8 butir bawang merah
5 siung bawang putih
5cm kunyit
sat jempol lengkuas
3 buah cabe merah
1 sdm ketumbar
 1 sdt merica
gula
garam

Bumbu lain:
5 lembar salam
5 lembar daun jeruk

Santan cair yang cukup hingga ayam terendam

1 gelas santan pekat

10 buah cabe rawit untuk dimasukkan utuh

Cara memasak:
1. Tumis bumbu halus sampai harum, tambahkan bumbu lainnya, tambah gula garam dan merica.
2. Masukkan ayam, aduk-aduk
3. Tambahkan santan cair, pindahkan ke panci presto. Masak 20 menit dari desisan.
4. Setelah tutup bisa dibuka, masukkan santan cair dan cabe rawit, koreksi rasa.
5. Lanjutkan memasak sampai mendidih.
6. Taburi bawang goreng, lodho siap dihidangkan.

Mudah ternyata, yaa... Selamat mencoba, :-)

Wednesday, 14 June 2017

Semangkuk Tekwan Hangat

Saya punya grup ibu-ibu yang rameee. Tempat berbagi kasih sayang, perhatian, doa dan tak lupa curcol a la emak-emak. Pagi itu, ada yang nanya menu sahur kami. Seperti biasa, kami pun bersahutan menjawabnya.

Eits, jangan salah... bagi kami, para emak, berbagi menu tak sekadar berbagi cerita, lho. Tapi juga sumber inspirasi. Dengan membayangkan menu teman, kami pun jadi pengen niru. Dan pastinya, ini mengurangi pikiran tentang "menu apa yang akan kami sajikan untuk keluarga tecinta, nanti" hehehe.

Maka, ketika ada Mama yang cerita bahwa suaminya makan tekwan, saya pun ngacai. Pucuk dicinta ulam tiba. Di kulkas masih ada persediaan fillet ikan lauro dan umaknya pempek. Tinggal beli jamur kuping, bengkoang, bunga sedap malam dan beberapa bumbu seperti yang ada di resepnya Mbak Endang JTT.

Alhamdulillah, tekwan pun jadi, deh.



Nah, berikut resep lengkapnya yaaaa... Selamat mencoba :-)

Biji tekwan:

Pertama buat umaknya:
200ml air
50 gram terigu serbaguna
6 siung bawang putih diparut
2 sdm minyak goreng
1 sdm garam
2 sdt gula

  • Masukkan semua bahan umak ke dalam panci kecil, jerang di atas api sambil diaduk terus sampai rata dan matang. Jangan sampai kalis. Yang pentingdah kental saja. Sisihkan, dinginkan. Masukkan kulkas 30 menitan. 

700gram fillet ikan gindara (boleh apa saja. Saya kadang memakai lemadang, gindara dan pernah beberapa kali menggunakan tengiri)
2 butir telor
150ml air

  • Masukkan ikan dan umak ke dalam food processor (FP) lalu giling. Setelah tercampur rata, tambahkan telor dan air, puter terus sampai benar-benar rata.
  • Letakkan ke dalam wadah yang cukup besar, tambahkan tepugn sagu sedikit demi sedikit sampai bisa dipulung. Nggak perlu kalis. Penampakan adonannya masih lemes. Tenang, nanti disendokin aja kayak buat bakso hehehe. Ohya, saya tambahkan segenggam daun bawang yang sudah diiris 1 cm an. Biar lebih sedap dan cantik.
  • Rebus 3 liter air, tambahkan 2 sdm minyak goreng lalu didihkan. Dengan menggunakan dua sendok, buat biji-biji tekwan. Caranya persis seperti  waktu kita membuat bakso.
  • Sisihkan.

Kuah tekwan:
3 liter air, rebus sampai mendidih
300 gram udang kupas, potong kecil-kecil.
6 butir bawang merah, cincang
6 siung bawang putih, cincang
3 serai, ambil putihnya, iris tipis
5 lembar daun jeruk, buang serat tengahnya
3 ruas jari jahe, kerik kulitnya, belah dan keprek
1 sdt merica bubuk (dari merica butiran yang diblender sendiri)
5 sdt garam
2 sdt gula
3 batang daun prei yang diiris 1 cm an
segenggam bawang goreng
2 batang wortel, potong korek api
segenggam penuh bunga sedap malam (di Malang, saya belinya di pasar Oror-Oro Dowo. Belinya setengah ons, seharga Rp. 7.000,00. Saya ambil 3/4 nya)
1 buah bengkoang ukuran sedang, potong korek api
2 genggam jamur kuping, iris memanjang lebar 1 cm an.
soun secukupnya, masukkan ke dalam air mendidih. Biarkan sampai lembut.

  • Rebus air, masukkan wortel, jamur kuping, bengkoang dan bunga sedap malam.
  • Setelah setengah masak, tambahkan biji tekwan, lanjutkan merebus.
  • Tumis bawang merah, putih, jahe, serai dan daun jeruk sampai wangi. 
  • Tambahkan udang, tumis sampai berubah warna. Masukkan tumisan ke dalam panci. 
  • Tambahkan garam, gula, merica.
  • Masukkan soun.
  • Tambahkan daun bawang dan terakhir taburi bawang goreng.
  • Tekwan siap dihidangkan :)
Sekali lagi, selamat mencoba yaaa... Insya Allah seger buat berbuka :)

Tuesday, 6 June 2017

Cwi Mie Mama Farid

Masih tentang gloria. Tahu di sana kulit pangsit, mie dan kulit lumpianya istimewa, saya beli banyak-banyak deh. Mie pangsit AA alias KW 1, kulit pangsit goreng, kulit pangsit rebus dan kulit lumpianya. Tadinya mau nyari kwetiau juga, tapi rupanya ga ada yang basah.

Kebayang sedapnya mie pangsit Pak Rie yang legend itu, saya pun mencari resep yang setelah saya bayangkan hasilnya nanti mirip punya Pak Rie. Akhirnya dapat di blognya Mbak Nina dan berikut hasil modifikasinya.



Untuk membuat cwi mie, yang pertama kali harus disiapkan adalah membuat minyak ayam.

Bahan:
semua kulit dari 3 kg dada ayam, dibersihkan.
3 siung bawang putih
1sdm minyak goreng

Caranya, masukkan semua bahan ke wajan, jerang di atas api kecil, tutup. Sesekali cek. Jika bawang dah cokelat, angkat bawangnya dan lanjutkan memasak sampai kulit ayam kering. Setelah itu tambahkan minyak sesuka hati (dikira-kira aja, jangan terlalu banyak atau sedikit. Terlalu banyak nanti ngga berasa minyak ayam bawangnya. Kalau terlalu sedikit ya rugi, orang masaknya luamaaa hihihi). Tambahkan minyak wijen. Biarkan di atas api sampai beberapa menit, angkat, dinginkan, masukkan ke toples gelas kedap udara. Simpan di tempat sejuk dan kering.

Langkah kedua membuat taburan ayam. Nah ini nih, ciri khasnya cwi mie malang. Caranya gak susah tapi perlu kesabaran.

Bahan:
500 gram dada ayam, giling dengan food prosesor
3 siung bawang putih, cincang
1 ruang jempol jahe, cincang
1 sdt garam
3 sdt gula
1/2 sdt merica bubuk
2 sdm saus tiram
1 sdt minyak wijen

Caranya, tumis bawang dan jahe sampai harum, masukkan ayam, aduk rata. Tambahkan gula, garam, merica, saud tiram dan minyak wijen, aduk terus sampai ayam kering. Dinginkan, haluskan kembali dengan food processor atau blender kering. Masukkan ke wadah kedap udara.

Langkah ketiga membuat acar mentimun cabe

Bahan:
2 buah mentimun jawa yag tebal dagingnya dan kecil isinya
cabe hijau sesuai selera (kalau saya waktu itu hanya tiga biji. Itupun metik di pohon cabe sampign rumah hihi)
3 butir bawang merah, belah dua

Caranya:
Iris daging mentimun sebesar kelingking anak-anak (hahaha... kebayang kan?). Setelah itu masukkan ke dalam wadah yang cukup besar, tambahkan bawang merah dan cabe, air, 2 sdm cuka masak, garam dan gula secukupnya. Rasa khas acara jawa ini adalah manis asem, dominan manis.

Langkah keempat membuat siomay ayam udang
Bahannya:
700 gram dada ayam
250 gram udang, kupas
2 butir telor
giling ketiganya menggunakan FP atau blender kering
2 batang wortel, serut kasar
gula, garam, merica, minyak wijen dan saus tiram
6 sdm sagu tani
3 batang daun bawang prei

Masukkan semua bahan ke dalam wadah yang cukup besar, tambahkan irisan daun bawang, gula, garam, merica, saus tiram dan minyak wijen. Aduk rata. Masukkan ke dalam kulit pangsit rebus, rebus sampai mengambang, angkat dan pastikan sudah masak.

Lanfkah kelima adalah membuat kuah. Lebih Sedap kalau kita menggunakan kaldu ayam kampung. Caranya mudah. Ayam kampung direbus dalam panci presto, dan gunakan air rebusannya sebagai kaldu. Tinggal nambah gatam, merica dan taburi daun bawang,  seledri plus bawang goreng. Siap deh.

Sekarang tinggal langkah keenam yaitu merebus mie telor dalam air banyak. Angat segera jika mie sudah lunak.

Cara penyajian:

dalam satu mangkuk, masukkan 2 sdm minyak ayam, tambahkan mie, aduk rata. Taburi ayam, bawang daun, bawang goreng, tambahkan acar dan siomay. Lengkapi dengan krupuk pangsit goreng.

Cwi mie Malang, siap disantap... :)




Lumpia Semarang

Lumpia adalah salah satu jenis kudapan yang belum bosen saya makan.  Kalau lagi pengen, biasanya saya ke MOG. Beli dua tiga biji di lantai dasar dekat parkir,  untuk dimakan saat itu juga. Tak jarang saya pesen ke temen SMA yang lumpianya suedap dan murah. Harganya separuh dari kedai di MOG pula. Waini yang penting hohoho...

Sayangnya, untuk mendapatkan lumpia tante cantik ini, kita kudu order. Ngambilnya pun harus muter, ga lewat jalur biasa kita pulang. Maka ketika gak sempet order dan males jalan, saya memilih bikin sendiri. Sayangnya, berkali-kali bikin, gagal maning...  Gagal maning. Kalau gak isinya gak sesuai ekspektasi, kulitnya pun ga seperti harapan. Yang lemes lah. Yang tebelnya gak rata de el el deh.

Akhirnya kerinduan saya pada lumpia seringkali seperti pungguk merindukan bulan #lebai

Hingga akhirnya saudara-saudaraaa, saya dapat info kalau di gloria jualan kulit lumpia. Kulitnya crunchy nya lamaaa, gak nyerap minyak pula. Maka dengan semangat 45, saya ke gloria dong yaa. Pas nyampe sana, rupanya kulit lumpia harus diorder dulu. Huwaaaaaa nangis dehhhhh...

Dua hari kemudian saya putuskan order. Alhamdulillah boleh order dan diambil siangnya. Saya order 3 pak. Hari itu juga saya beli rebung dan bawang daun. Dan memang yaa, kalau belum rezeki diapa-apakan tetep aja gak dapat. SAYA LUPA AMBIL ORDERAN, MAAAKKKK... 

Esoknya saya pun baru ambil tuh kulit. Dan ketika kulit sudah di tangan, hasrat bikin lumpia dah menguap hahahaha. Begitulah manusia yaaaa...

Singkat cerita, sore kemarin saya bikin lumpianya. Dan karena rasanya seperti yang saya harapkan, maka berikut ini saya tulis resepnya yaaaa. Biar kalau bikin lagi kita gak lupa.



Bahan:
500gram rebung iris korek api,  rebus, tiriskan.
2 batang wortel, serut.
Segenggam bawang prei, potong 1cm an. Ternyata, semakin banyak prei semakin enak.
200 gram dada ayam, cincang, rebus.

Bumbu:
6 siung bawang merah, iris tipis
4 siung bawang putih, iris tipis
3 sdm saus tiram
4 sdm kecap manis
2 sdt kecap asin
1,5 sdt garam
8 sdt gula
1 sdt merica bubuk
2 gelas air

Tumis bawang merah dab putih sampai harum, masukkan rebung, wortel dan ayam. Aduk rata,  tambahkan air,  garam,  merica,  gula, saus tiram, kecap manis, kecap asin,  daun bawang prei,  aduk rata. Tutup sampai air berkurang.

Aduk terus sampai air habis dan isi kering. Tes rasa, angkat,  dinginkan.

Masukkan 1 sdm penuh ke kulit lumpia, gulung, lem menggunakan putih telor, sisihkan. Goreng dengan minyak banyak api sedang sampai keemasan. Angkat, tiriskan.

Selamat menikmatiiii...

Thursday, 18 May 2017

Egg Chicken Roll a la Hokben

Saya suka makan di Hokben. Duluuuu, waktu Thariq masih kecil, hampir tiap akhir pekan makan di sana. Makin ke sini, anak bertambah, naluri emak-emak kian kuat. Prinsip pun berubah, hohoho.

"Selama bisa bikin sendiri, gak usah sering-sering jajan di luar."

Nah, jajannya cukup pas Ayah datang saja. Hihihi. Enak, free... dompet emak pun aman. Hahaha.

Maka, ketika menemukan resep egg chicken roll a la Hokben ini, segeralah saya praktek. Sebelumnya, izinkan saya berterima kasih pada Mbak Rina Rinso atas resepnya. Bener-bener bermanfaat. Inilah menu andalan untuk ditandon sebagai persediaan sewaktu-waktu jika keinginan memasak menguap tiba-tiba hehehe. Alhamdulillah, anak-anak pun belum pernah bosen.


Nah, berikut resep modifikasinya, yaaa...

Bahan:
350 gram paha ayam, cincang gak halus-halus, menggunakan food processor. Kalau FPnya males keluar (baca: Mama males nyuci), saya biasanya menggunakan blender yang untuk bahan kering itu. Dan kalau males bikin fillet paha, ya saya pakai dada ayam aja. Beli yang udah difillet lebih praktis.
Masukkan ayam cincang dalam satu wadah lalu tambahkan:
1 sdt kecap asin
1 sdt garam halus
1 sdt  gula pasir
2 sdm minyak ayam (caranya, kulit dan lemak ayam diletakkan di wajan, ditutup, dijerang di atas kompor dengan api kecil sampai kulit kering. Nanti akan keluar minyaknya. Nah, minyak ini yang kita sebut sebagai minyak ayam)
40cc putih telor
1/2 sdt minyak wijen (biasanya saya lebih)
1/4 sdt merica bubuk
1 sdt barang putih cincang goreng
1 sdm munjung maizena

Aduk rata bahan di atas, sisihkan.

Bahan kulit:
4 butir telur
80 gram terigu
20 gram maizena (kalau ada custard lebih ok)
160cc air
1/2 sdt garam halus
1 sdm minyak goreng

Bahan kulit ini disaring atau diblender sampai halus.Setelah itu didadar satu-satu.

Jika semua adonan kulit sudah selesai didadar, maka kita tinggal memasukkan bahan isi seperti cara membuat lumpia atau risoles.

Kemudian, semua egg chicken roll yang sudah jadi, kita kukus selama 30 menit. Kalau sudah masak, angkat dan dinginkan.

Jika mau langsung digoreng pun boleh-boleh saja. Sisanya dimasukkan wadah kedap udara dan masukkan chiller atau freezer.

Sedap dimakan dengan cocolan mayo dan saus sambal. Boleh juga digunakan sebagai lauk bento anak-anak, lauk nasi kuning, dll.

Selamat mencobaaaa...

Monday, 17 April 2017

Makaroni

Hari ini, Abang masih cuti. Kakak kelasnya ujian. Pagi-pagi tanya sarapan apa. Wkwkwkw. Akhirnya ia memilih dibuatkan makaroni. Alhamdulillah...  Ada sisa bumbu spageti homemade dari bazaar Zaki seminggu lalu.

Segera rebus setengah bungkus makaroni, campur bumbu spageti, tambahkan ayam udang yang sudah disangrai, tambah merica pala, tambah 3 butir telor. Cetak. Oven setengah matang lalu tambahkan keju di atasnya. Oven sampai keju golden brown.

Dari 14 pcs, Abang habis 5 hahaha. Lapar betul nampaknya.

Dan hari ini Alhamdulillah banyak tamu. Jadi dibagi ke para tamu, juga untuk sajian waktu Om datang.

Kata Thariq,  sedapppp...

Kata Zaki, sedap lah Ma. Kenapa cuma 2?

Alhamdulillah...

Hanya Farid yang ngga nyicip. Farid mah seleranya lemper, pecel, dan masakan tradisional 😊

Soes yang Dirindu

Sewaktu di JB, soes adalah kue yang bisa dilihat setiap hari. Kadang jumlahnya di bawah 50, tak jarang ratusan bahkan pernag seribu lebih. Ya, tentu saja. Saat itu mama adalah penjual kue. Dan soes adalah kue andalan. Harganya kurah, rasanya sedap,  kata orang Melayu.

Sejak back for good ke tanah air beta, baru sekali bikin soes dan...  Gagal.  Hahahhaa. Entahlah. Hari itu, soesnya ga ngembang. Hampir bantat penampakannya. Maka mama pun patah hati.

Beberapa minggu lalu, aku kepikiran untuk membeli oven listrik. Meski sekarang sibuk dengan Hijab Dingin, tetep ada rasa pengen masak di hati. Dan oven listrik adalah solusi.

Belum mendapat kesempatan untuk beli oven listrik, sambil masak kupikir sebab bantatnya soesku. Tiba-tiba...  Criiing!

Ahaaaa...  Kayaknya aku tahu kenapa bantat. Aku cuma bikin setengah resep. Bukankah dari zaman dulu kalau bikin setengah resep akan gagal?

Maka...  Waktu di giant ada diskon blueband 50%, aku langsung borong dong ya. Beli 3.

Besoknya langsung eksekusi.

Alhamdulillah... Sukses saudara2...  Wuihhhh anak-anak sukaaaa dong ketemu kue sus

Ini penampakannya...

Saya pakai terigu cakra dengan ukuran sesuai resep. Aku bikon 2.5 resep. Asuikkk...

Wednesday, 29 March 2017

Hormatilah Buku, Nak...

Sebuah nilai yang kudapat dari Bapak, ingin kutanamkan pada putera-puteraku. Nilai baik tentang menghormati buku.

Sudah agak lama kulihat buku anak-anak kurang rapi. Ada yang tertekuk ujungnya, atau dicoret sana sini. Tak jarang kulihat buku-buku itu tergeletak di bawah. Terlangkahi, bahkan terinjak.

Zaman aku kecil dulu, hal itu tak akan pernah boleh terjadi. Bapak menjadi orang pertama yang melarangnya. Menasihati kami panjang lebar soal ini. Maka kemarin, ketika kulihat buku-buku kembali berjejalan di rak, menumpuk seperti tak berharga, terlipat-lipat di dalam tas... Aku teringat pesan-pesan Bapak.

"Zaki, coba bukunya dirapikan. Jangan terlipat-lipat macam ni. Jangan besepah. Buku hatus dihormati sebab ada ilmu di dalamnya. Buatnya susah. Yang buat pun orang berilmu. Jika Zaki menghargai buku, insyaAllah, Allah akan mudahkan Zaki menyerap ilmu. Jadi cemerlang, "nasihatku panjang lebar.

Alhamdulillah Zaki nurut. Dikeluarkan semua buku. Diluruskan, dirapikan, disusun.

Thariq, tanpa diminta juga langsung bergerak. MasyaAllah.

Langkah kecil ini,  Nak... Semoga menjadi perantara, hingga Allah berkahi kalian dengan ilmu yabg manfaat, bagi diri kalian sendiri... Agama...  Bangsa dan negara. Aamiin.

Monday, 27 March 2017

Pesta Ayam Krispi a la KFC

Selasa pagi dan tanggal merah,  sepertinya sesuai untuk memberi anak-anak suasana pesta. Eh,  bukan pesta seperti yang mainstream di benak orang. Tapi pesta dalam artian,  membanjiri anak-anak dengan makanan kesukaan.

Sejak pindah ke Indonesia setahun lalu, saya jarang sekali memasak ayam negeri. Entah,  saya pun tak tahu alasannya. Alhasil, anak-anak beberapa kali menyatakan kerinduannya pada jenis lauk satu itu. Alih-alih memenuhi keinginan mereka, saya malah rajin beli ikan hahaha. Tapi ada baiknya juga. Thariq yang awalnya sama sekali ga suka ikan, belakangan mau dan bisa makan jenis ikan apa pun. Dengan catatan: durinya sedikit. Hehe.

Daaannnn pagi ini saya beli 5kg ayam. 3 fillet dada ayam, 1 kg paha dipotong kecil dan 1 kg paha bawah. Maka, tiba-tiba sudah ada marinate paha ayam potong kecil untuk digoreng krispi. Dan sewajan paha ayam bumbu kecap Alhamdulillah 😊

Thariq yang sibuk beli bahan untuk bumbu,  siap dengan sepiringng nasi dan mendapat kesempatan makan pertama kali. Wahhhh, senangnyaaaa Abang.

Biar ga lupa,  berikut resepnya yaaaa. Saya dapat resep asli dari Mbak Ricke, dengan beberapa modifikasi.

Langkah pertama

Cuci bersih 1 kg paha ayam yang sudah dipotong kecil
Marinate selama 1 jam dengan bawang putih powder, 3 sdt garam,  1 sdt gula, merica. Remas2 sampai tercampur rata.
 Beberapa potong saya tambahkan cabe bubuk.

Siapkan bahan celup:
 1butir telor yang dikocok lepas,  1sdt royco, 250ml air.

Tepungnya:
600gr terigu serba guna
2 sdt royco
1sdt garam
2 sdm tepung sagu
1 sdt merica
1/2 sdt pala bubuk

Aduk rata sampai tercampur sempurna. Boleh ditambah merica hitam bubuk.
Nah, sekarang tinggal goreng. Masukkanaayamsatu per satu ke tepung tipis2, celup ke bahan celupan, masukkan terigu lagi tapi diremas2 sampai ada kesan keriting. Goreng di minyak panas dengan apu kecil, dengan cara deep frying.

Sudah deh... Alhamdulillah, anak-anak senaaaang sekali. Semoga barakah untuk yang makan,  aamiin...

Selamat liburaaaan...



Monday, 20 March 2017

Kejutan Manis di Sabtu Pagi dan Nasi Tumpeng

Sabtu yang sibuk. Rencananya aku diikutkan lomba menghias tumpeng di tempat mengaji. Dari beberapa menu yang ditawarkan, aku mengambil tugas menyediakan nasi kuning untuk tumpeng.

Maka pagi itu, kubangunkan anak-anak untuk pergi ke pasar membeli santan, beras ketan dan daun. Tapi, setelah dipikir-pikir... kuputuskan untuk membeli keperluan tumpeng di Rumah Sayur aja. Dekat, tidak macet, tinggal jalan kaki.

Segera mereka bersiap, kami pun jalan menuju rumah sayur. Cerita sepanjang jalan membuat letih tak kami rasa. Singkat cerita, kami mendapat semua yang diperlukan: daun, sebutir kelapa, satu pack kara untuk jaga-jaga jika santan kurang, dan beras ketan setengah kilo.

Di tengah jalan, kami sempat mampir beli kue di Bu Heri dan memetik daun jambu untuk merebus bunga pepaya.

Sesampai di rumah, kudapati sebuah berita bahagia dari wa. Proposal Hibah Ristek Dikti si Ayah diterima. Alhamdulillah.



Kusampaikan berita bahagia itu pada Thariq, yang sejak awal kumintai doa. Kami bersyukur bersama.

Pukul tujuh lebih, aku mulai bekerja. Merendam ketan, mencuci beras dan beres-beres dapur. Untuk tumpeng kali ini aku memasak 1,6kg beras pulen cap ikan koi yang kubeli khusus dari pasar Ngunut, 400 gram ketan yang direndam 30 menit, 1 butir kelapa yang diblender bersama 6 buir kunyit lalu dijadikan 2,4 liter santan.

Setelah beras dan ketan siap, segera kukukus sampai setengah matang.

Sementara mengukus, aku merebus santan. Kutambahkan 4,5 sdt garam halus, 4 ruas serai dan 8 lembar daun salam. Setelah mendidih, segera kutuang ke nasi setengah matang yang sebelumnya sudah kuletakkan di dandang besar. Perlaha kuaduk sampai rata. Seraya menunggu santan meresap, kurebus air untuk mengukus aron nasi kuning.

Tiba-tiba HPku berbunyi. Sebuah pesan masuk. Dari Mas.

Lagu. Sekian MB, yag setelah kudownload adalah You Raise Me Up-nya Pak Josh Groban.

Duh, meleleh rasanya. Dengan ge er memenuhi dada, kuperkirakan suamiku itu sedang melow mengenang beberapa minggu ke belakang. Bahwa aku seringkali membesarkan hatinya yang kadang galau soal PPTI ini.

Seperti seminggu lalu saat ia pulang ke rumah.

"Kok Ristek belum ada kabar, ya, Ma? Jadi dapat, gak ya?"

"APBN memang gitu, Ayah. Sabar aja. Dia harus melewati prosedur yang panjang untuk disetujui. InsyaAllah dapat," hiburku.

Ia mengangguk ragu, kala itu.

Dan pagi ini, ketika berita gembira yang ditunggu datang, ia sepertinya mengingat semua itu.

Ayah kenapa kirim lagu ini? Tanyaku via wa.

Gpp

Terharu dengernya

Lagi buka-buka youtube
Ko bagus
Terus cari mp3

Lagu Josh Groban lama

Seertinya sesuai untuk Mama *emoticon senyum dan love*

Mama dah ge er aja. Kebayang ayah yang nyanyi

*Emot love banyak banget*
Ayah ga bisa nyanyi lah

Mama ge er ya hahaha *emoticon capedeh :)*

Cm sesuai lah dengan mama lagunya

Sesuai gimana

Ya sesuai

Coba uraikan

Support mama ke ayah

Ahhh, ternyatamama ga ge er
Alhamdulillah *emot cintaaa haha*

Ga lah
Mmg spt itu

Aamiin insyaAllah

Tanpa mama... apalah ayah ini
I feel so strong with U

dan seterusya berlanjut jadi candaan geje gitu de...

Laluuuuu, capek karena membuat nasi kuning pun langsung menguap. Dengan penuh semangat, kubuatkan anak-anak telor mata sapi dengan bumbu pizza. Kubersihkan dapur hingga mengkilat, membereskan semua yang berantakan di rumah hingga kinclong, dll... dll. Semua terasa ringan dan mudah dilakukan. Ibarat HP, pujian Mas pagi itu membuat bateraiku penuh. Kayaknya ga perlu dicharge sampai ketemu lagi, insyaAllah 19 hari ke depan, hahaha... lebay? Biarin.

Oh iyaaa... Jika nasi sudah keket, alias menyatu betul dengan santan, jangan lupa mengukusnya selama satu jam, ya. Biar ga mudah basi.

Setelah masak, segera masukkan cetakan dengan cara ditekan-tekan sampai padat. Biar nasi mudah dilepaskan dari cetakan, boleh juga oleskan minyak tipis-tipis merata ke cetakannya. Maka, ketika tumpeng dibalik, Thariq dan aku teriak panjaaaaaang, serupa paduan suara.

Alhamdulillah, inilah penampakan tumpengnya saat keluar dari cetakan:-)





Lumayanlah, cantik... hihihi *dipuji sendiri*

Dan begitulah saudara-saudara... Setelah 16 tahun membersamainya, aku merasa kian ngeblend dengan si dia. Kesedihannya adalah milikku. Penatnya kurasa di tubuh dan jiwaku. Tak jarang, aku sudah mengirimnya kabar sesaat sebelum ia melakukannya.

"Baru saja mau wa mama, eh... udah keduluan." --> biasanya begini komentarnya hehe.

Dan kutangapi dengan menggodanya, "Mata hatiku tajem, lho. Makanya hati-hati, jangan macem-macem. Aku bisa rasa."

Alhamdulillah... Untuk semua ini, hanya pada Yang Mahapenyayang syukur ini saya panjatkan. Jika tidak karenaNya, tentulah tak akan sampai kesadaran itu di hatinya.
Semoga Allah senantiasa menjaga cinta kami, terus bermekaran hingga JannahNya nanti, aamiin.

Salam tumpeng hihi.

Friday, 17 February 2017

Ikan dan Tambahan Uang Belanja

Setahun di Malang, begitu banyak cerita. Soal adaptasi anak-anak, kuceritakan lain kali, ya. Kali ini, pengen cerita tentang ikan dan tambahan uang belanja.

Enam bulan ke belakang, aku tak lagi beli ikan di pasar seperti sebelumnya. Sejak mengenal agen ikan segar Malang, aku selalu membeli di Pak Mukhlis, begitu namanya.
Tak hanya murah. Ikan Pak Mukhlis segar, siap masak, dan beraneka ragam jenisnya. Saya pun tak perlu repot pagi-pagi ke pasar untuk mendapatkan ikan kesukaan. Cukup wa, lusa ikan akan diantar.
Dan untuk mendapatkan free ongkir, saya pun menawari tetangga untuk pesan ramai-ramai. Jika kami memesan lebih dari 10kg, maka tak akan dikenakan ongkos.

Singkat cerita, dengan ikan segar nan berlimpah itu, aku membuat banyak menu dari ikan untuk anak-anak. Hasilnya, anak-anak kini lebih familiar dengan gurame, bandeng, patin, belanak, lemadang, kakap dan lauro dibandingkan ayam dan daging merah.

Biasanya, saya membeli setia jenis ikan satu dua kilo saja. Tapi dengan subsidi dari Ayahnya anak-anak, kami bisa membeli ikan dalam jumlah banyak.

Awalnya, saya iseng cerita soal kesukaan anak-anak pada ikan belakangan ini. Juga tentang Pak Mukhlis. Saya juga menyampaikan bahwa Thariq, sekali makan bisa habis dua ekor gurame. Sedangkan sekilo gurame hanya berisi 2-3 ekor saja.

"Mama belilah yang banyak. Lima kilo, gitu," komentar Ayah.

"Mahal, lah, Yah," sahutku.

"Mama beli je, nanti Ayah ganti. Biar Abang makannya cukup," lanjut Ayah.

Mataku berbinar. Membayangan lima kilo gurame, berbagai menu langsung tersusun di otakku. Ahhh, senangnyaaa.

Dan kejadian seperti itu berulang terus. Ayah memanjakan anak-anak dengan limpahan ikan. Bandeng, kakap dan jenis ikan lainnya.

"Alhamdulillah. Senang lihat mereka lahap makan," bisiknya.

Saya tersenyum. Menikmati binar bangga di matanya, setelah berhasil membuat anak istrnya bahagia.

Allah, senantiasa mudahkan segala urusannya. Doaku dalam hati.

Soft Landing

"Kita ga akan pulang sekarang, Ma. Kita perlu waktu supaya bisa lakukan soft landing. Ayah mau Mama dan anak-anak nyaman saat pindahan nanti."

Itu petikan pembicaraan kami awal tahun 2015.

Rencananya, kami akan pulang tiga tahun kemudian. Setelah kontrak berikutnya. Tapi siapa sangka, begitu banyak kejadian mendadak yang akhirnya membawa kami ke Malang, satu tahun kemudian.

"Soft landingnya, gimana?" tanyaku menggodanya. Sore itu, awal 2017.

Ia tersenyum. "Allah sebaik-baik perencana. Kita tinggal menjalani alurnya."

Aku mendekat, kupeluk ia. "Tak pernah kita menyangka ini semua terjadi pada kita, ya, Ayah. Tapi beginilah kehidupan. Tak semua keinginan kita akan menjadi kenyataan. Sebab tak semua yang kita rencanakan adalah yang terbaik untuk kita. Allah Mahatahu, pasti tak akan membuat kita menderita. Kita hanya harus menurut, saja."

Kami bertatatapan, lalu tersenyum berdua. Mengeratkan genggaman, menikmati malam dingin, di halaman belakang rumah kami.

Kehidupan mengajarku banyak hal. Teramat banyak hingga jika ditulis, mungkin akan menjadi beribu lembar. Pelajaran itu pun, tak melulu berwarna cerah. Terkadang ia kelabu, bahkan hitam pekat. Yang kutahu dan kutandai dari setiap warna itu, jika suatu saat kujumpai langit cerah ceria, maka kami harus waspada, untuk menghadapi datangnya hujan. Sebaliknya, jika kami merasa malam teramat panjang, kami tak perlu risau. Sebab sebentar lagi, pagi akan datang.

Dan begitulah. Sekali lagi, desain Allah selalu paling bagus untuk hidup kami.