Tuesday, 28 October 2014

Brownies Keju Pak Sahak

Sudah lama banget pengen mencoba resep brownies keju Pak Sahak ini. Sayangnya selalu kelupaan beli cream cheese. Hingga tiga hari lalu keingetan pas belanja dan langsung beli. Alhamdulillah, semalam sudah bisa praktek.

Membuat kue baru, selalu mengingatkan saya pada Bapak dan Ibu. Juga adik-adik saya yang sholih sholihah *pengen nangis kangen sekangen-kangennya

Jadi ingat, tiap pulang kampung, saya selalu berusaha untuk memasak yang istimewa sekaligus membuat kue aneka rupa tiap harinya. Senang sekali melihat wajah-wajah bahagia yang melahap makanan itu.

Pagi itu, saya membuat siomay bandung dengan tiwul ayu. Saat memberikan kuenya ke Bapak, beliau berujar, "Sudah. Jangan sering-sering ngasih makanan yang enak ke Bapak. Nanti kalau kamu balik ke Johor, cacing di perut Bapak bingung nyari makanan buatanmu."

Waktu itu, saya ngakak mendengarnya. Bapak memang lucu. Ada saja kelakar yang beliau buat.

Tapi hari ini, saya baru menyadari. Mungkin itu pesan kerinduan Bapak akan hadirku di sisinya. Aih, jadi melow deh.

Sejak tahun 1999, saya sudah meninggalkan Malang. Ya, saya yang dulunya beliau antar ke manapun pergi, yang selalu mabok kalau naik kendaraan umum, yang tak pernah jauh bahkan kuliah pun mencari yang dekat rumah, harus merantau. Tak dekat menurut saya waktu itu. Saya harus pindah ke luar kota luar propinsi. Di Bandung tepatnya. Sejak itu, otomatis saya jarang bersama beliau berdua.

Berjumpa jika mudik saja. Kalau masih gadis, masih mending. Tiap ada kesempatan, saya bisa mudik. Entah cuma empat hari, yang penting bisa menuangkan rasa rindu di hati. Tapi sejak menikah yang kemudian langsung punya anak 11 bulan kemudian, hanya setahun sekali kami berjumpa. Jika dulu saat lebaran, sejak kami pindah ke negeri ini, kami pulang jika liburan anak sekolah tiba.

Alhamdulillah masih bisa pulang, Ar. Bersyukur... bersyukur.... *istighfar

Ya, saya bersyukur sekali masih bisa pulang tiap tahun dengan waktu yang lumayan lama. Sebulan minimal. Saya juga masih bisa menelepon beliau berdua setiap waktu. Tapi... tetap saja sedih tiap buat kue begini. *inget lagi deh

Saya belum bisa mencapai cita-cita saya, untuk mengirimi Bapak Ibu apa pun yang saya masak tiap hari. Belum juga bisa memenuhi harapan untuk menjadi sopir mereka ke manapun mereka pergi.
Semoga suatu saat bisa tercapai, aamiin.

Okeeee, kita balik ke sini aja deh. Biar kering air mata iniiih *gyaaa ketularan alay pulak. Ups... pula *typo :-P

Ini dia resepnya, masih nempel di kepala, :-)

Langkah-langkahnya:
1. Siapkan wadah besar untuk mixer dan masukkan bahan A, yaitu 100 gram gula pasir, tiga butir telur size B serta ovalet setengah sendok. Mixer hingga putih berjejak.
2. Masukkan bahan B yang sudah diayak, yait 60 gram terigu, 40 gram maizena, 40 gram susu bubuk, setengah sendok teh garam. Mixer dengan kecepatan rendah.
3. Dalam wadah yang lain, mixer bahan C yaitu 250 gram cream cheese dan 50 gram butter. Semalam, butter di kulkas hadiah aunty depan rumah rupanya sudah kadaluwarsa. Akhirnya pakai margarin planta. Saya yang tak paham perbedaannya, sih, merasa kuenya sedap-sedap saja, hihihi.
4. Campur adonan dengan bahan C aduk rata.
5. Masukkan ke dalam loyang ukuran 22cm persegi yang sudah dioles margarin dan dialas kertas roti.
6. Kukus dengan api kecil selama 30 menit atau sampai matang.
7. Angkat dari kukusan, taburi dengan keju cheddar parut.



Rasanya kayak apa? Enak, ngeju dan kayak cheese cake kata saya mah. Kata Thariq juga enak. Kata Zaki, ada bau susu, hihihi. Ayah dan Farid tak nak... hik... hik... huwaaaaaa *nangis guling-guling



Monday, 27 October 2014

Tiwul Ayu

Waktu saya remaja dulu, kira-kira kelas dua SMU, Rikha adik perempuan saya satu-satunya (emang adik cuma dua, satu lelaki satu perempuan hihi), suka membuat kue ini. Tiwul ayu namanya. Rikha dapat resep dari gurunya di SMP 5.

Saya sendiri sudah lupa rasanya. Apakah tiwul ayu Rikha sama dengan tiwul ayu ini, :-)
Tapi yang jelas, belasan tahun lalu, saya tidak mau ikut-ikutan membantu. Alasannya satu, setiap saya membantu hasilnya pasti menyedihkan. Entah kuenya bantat, ga mekar atau apalah, yang jelas gagal.

Herannya, ketika saya sudah menceburi profesi ini, Alhamdulillah setiap resep yang saya coba selalu sukses. Alhamdulillah. Siapa yang menolong jika bukan Allah, ya? Makasih, Ya Allah...

Tiwul ayu termasuk jenis kue yang banyak dipesan. Biasanya sih untuk hadiah, ya. Berbeda dengan brownies yang minta dipotongkan sekali, pemesan tiwul ayu mintanya gelondongan begitu saja. Mungkin karena bentuknya cantik, ya. Kan pakai loyang loaf. Mana hasilnya mengembang, jadi tampak tinggi dan kokoh, :-)

Eits, apa itu istilah di atas? Gelondongan? Hihihi, jadi ingat istilah dana APBN. Ada istilah dana gelondongan, yaitu total dana yang diperoleh sebuah lembaga. Aih, kenapa tiba-tiba rindu ngelembur ngerjakan angka begini, ya? --> pikiran melayang ke kantor di Bandung

Woi, bangun, Budheee! Mana resepnya?

Oh iyaaa, ini resep tiwul ayunya, ya. Monggo dicatat dan dipraktekkan.

Bahan-bahan:
200 gram gula merah sisir
50 gram gula pasir
1 sdm ovalet
5 butir telur size B
100ml santan kental (boleh diganti evaporated milk)
300 gram terigu

100 gram gula merah sisir

setengah butir kelapa setengah tua, parut memanjang dan taburi garam secukupnya, kukus, sisihkan.

Cara membuat:
1. Olesi loyang dengan margarin sampai rata, sisihkan.
2. Mixer telor, gula merah, gula pasir dan ovalet sampai putih berjejak.
3. Tambahkan terigu dan santan secara bergantian sedikit demi sedikit. Aduk rata.
4. Tuang ke dalam loyang sampai setengahnya, taburi tengahnya dengan gula merah sisir, tutup kembali dengan adonan sampai penuh.
5. Kukus dengan api sedang selama 30 menit. Biasanya saya tambahkan 10 menit lagi biar tanak dan ga cepat basi.
6. Angkat dari kukusan. Tunggu dingin sebelum dilepas dari cetakan.
7. Makan dengan taburan kelapa parut.

Eh, ini kue favorit baby kami, lhooo. Baby? Hah, Farid maksudnya. Dia suka menyebut dirinya baby, :-D

Selamat mencobaaa...
Salam hangat,

Ar

Wednesday, 15 October 2014

Siomay Udang Ayam


Biasanya, saya bikin siomay ikan tengiri. Tapi kalau ikan lagi susah di pasaran sementara anak-anak request siomay, bolehlah membuat siomay ayam udang. Rasanya sebelas dua belas dengan siomay ikan. Apalagi kalau sudah dicampur bumbu, saos dan sambal. Ga kerasa bedanya, hihihi.


Alhamdulillah anak-anak juga menyukainya. Meski saya harus mencari udang yang benar-benar bagus supaya alergi Thariq tidak kambuh, :-)

Sedikit cerita tentang alergi udang dan ketam Iq. Kalau makan di luar, meski nyicip sedikiiitt, Thariq akan alergi. Entah gatal di bibir atau bengkak-bengkak. Tapi kalau saya yang masak, alerginya aman damai sentausa. Tidak kambuh. Heran juga, ya. Akhirnya saya simpulkan sendiri, alergi Thariq tidak akan kambuh jika udang dan ketamnya masih segar :-) *maksa

Ini resepnya:

400 gram dada ayam, potong kotak, blender halus
10-15 ekor udang segar (pilih yang benar-benar segar, ditandai dengan otaknya yang masih kenyal, tidak hancur), blender bersama ayam
5 siung bawang putih, parut
2 sdm saos tiram
1,5 sdm minyak wijen. Di JB, ada beberapa brand minyak wijen. Pilih yang ada label halalnya, :-)
garam dan merica secukupnya
daun bawang secukupnya (saya suka agak banyak, rasanya lebih sedap)
4-5 butir telur size B
250 gram tepung terigu
150 gram tepung ubi
air 100 ml atau kurangkan jika terlalu lembek

Caranya:
1. Masukkan semua bahan kecuali tepung dalam satu wadah, aduk rata.
2. Tambahkan tepung sedikit demi sedikit.
3. Cicip, dengan cara masukkan sesendok adonan ke dalam air mendidih, masak sampai mengapung dan cicip. Boleh juga digoreng sedikit, asalkan ada cara kita untuk mencicipi. Ada juga sih, yang tega nyicip mentah-mentah, hihihi... tapi itu kan ada telor, ayam dan udang. Takut ada bakteri yang ngikut ke perut, hiiiii *hehehe
5. Masukkan ke kulit wantan atau kulit lumpia. Silakan dipilih. Kalau saya, untuk batagor enakan pakai kulit wantan, sebaliknya kalau untuk siomay enakan kulit popia. Kulit popia lebih lembut dan tahan lembut meskipun dingin. Kalau kulit wantan harus diangetin dulu, baru enak, :-) Kalau dingin keras, hehehe.
6. Masukkan juga ke tahu putih yang sudah dibelah tengahnya.
7. Kukus bersama telur, kentang (yang sebelumnya sudah dicuci terlebih dahulu), kubis dan pare.
8. Cara penyajian: letakkan siomay, tahu, kentang, pare,kubis dan telur yang sudah dibelah dua dalam satu mangkuk. Siram kuah kacang, tambahkan sambal, kecap dan saos jika suka. Kucuri jeruk limau jika mau, :-)


Kuah Kacang:

Untuk membuat bumbu, langkah yang harus dilakukan adalah merebus air setengah panci. Masukkan 3 buah cabai merah yang sudah dibuang bijinya, 3 siung bawang putih dan beberapa lembar daun jeruk. Rebus sampai matang, angkat dan blender bersama kacang goreng. Masukkan kembali ke dalam panci sampai agak mengental. Tambahkan gula merah sisir dan garam. Aduk rata. Tambahkan santan secukupnya. Aduk rata dan tunggu sampai sedikit mengental. Tak perlu ditunggu sampai kental sangat karena kuah kacang akan mengental sendiri ketika dingin.

Selamat mencobaaa... Kapan-kapan saya upload siomay ikan tengiri ya :-)

Monday, 13 October 2014

Oskab


Berinteraksi dengan teman-teman masa kecil, mengingatkan saya akan boso walikan. Tahu, kan, kalau di Malang, masyarakat memiliki bahasa khas yang pengucapannya dibalik. Salah satunya adalah si oskab ini, alias bakso. Di sana, ga ada bakso malang. Adanya bakso saja alias oskab, hohoho...

Selama di JB ini, saya belum pernah sukses membuat penthol alias bakso dagingnya. Untunglah, ada penjual penthol yang rasanya miriiiippp banget dengan yang di Malang sono. Bukan mudah untuk mendapatkannya. Saya tahu pertama kali dari Bu Terry, sahabat sekaligus kakak saya di JB ini. Beliau memberi alamat lengkap: Jalan Seraya 15. Sejak mengetahui alamatnya, saya bertekad untuk ke sana suatu hari nanti. *jeng... jeeeeng!

Maka saya pun merayu-rayu si Mas supaya mau mengantar. Hei, bukan mudah ke tempat yang baru sendirian. Saya memang bisa nyetir sendiri, tapi membaca GPS saya tak seberapa pandai. Daripada kesasar dan hilang di negeri orang *ge-er amat*, lebih baik saya melancarkan rayuan maut.

Alhamdulillah, baru rayuan abal-abal, si Mas sudah bersedia mengantar. Maka pergilah kami ke Seraya 15. Di mana? Haduuhhh, jangan disuruh menjelaskan deh. Susah *elap keringet di dahi
Lebih baik seting aja GPS dengan alamat itu dan langsung nyetir ke sana, hihi. Mbulet, rek!

Singkat cerita, setelah penthol di dapat, esoknya saya pun membuat bakso malang.

Ini resepnya:
Kuah:
2 bagian tulang kaki sapi, cuci bersih *menurut saya wajib nih pakai tulang bagian kaki, karena harumnya yang berbeda dengan tulang lain. Kaldunya sedap tapi ga berlemak. Beda dengan tulang iga atau tulang punggung misalnya, lemaknya ampun dah.
Didihkan dua panci air. Satu panci besar, isi sampai setengahnya. Satu panci sedang, isi air kira-kira sampai tulang terendam

Setelah mendidih, masukkan tulang ke panci sedang. Setelah mendidih, angkat tulang dan masukkan ke panci besar.

Rebus sampai satu setengah jam dengan api kecil.

Tumis 5 siung bawang putih dalam sedikit minyak canola, masukkan ke dalam rebusan kaldu. Tambahkan garam dan sedikit gula serta merica bubuk. Aduk rata, masukkan penthol, masak lagi sampai setengah jam atau penthol cukup lembut (jika sebelumnya dibekukan di freezer).

Isian untuk tahu dan goreng:

500 gram daging cincang
1 sdm bawang goreng
2 butir telur
200 gram tepung ubi
air secukupnya

Masukkan semua bahan dalam food processor, putar sampai lembut.

Isian ini bisa dimasukkan ke kulit wantan --> digoreng --> jadilah goreng
Masukkan ke tahu putih --> kukus
Masukkan ke tahu pong --> kukus

Kalau saya, sebelum saya masukkan ke kulit wantan, isian saya bulat-bulat kecil *semacam penthol kecil* lalu saya rebus sampai terapung. Ini untuk menghindari isian belum matang sempurna saat digoreng. Maklumlah, kulit wantan ini mudah sekali mateng sementara daging kan agak lama, yah...

Begitulah...

Jika semua sudah siap, sajikan dengan cara berikut:
Ambil mangkuk
Masukkan goreng, tahu kukus, tahu pong, siomay *jika ada*, lontong atau mie lalu siram kuah dan tambahkan penthol. Taburi bawang daun, seledri dan bawang goreng. Siap deeeehhhh... Eits, bleh ditambahkan saos tomat dan kecap jika suka, :-)

Selamat mencobaaa...

Brownies Ny. Liem


Dulu, semasa masih tinggal di Bandung, saya mengenal kue ini dari teman kantor. Indri dan Dewi namanya. Kebetulan Indri tinggal di dekat toko brownies paling terkenal kala itu, Brownies Amanda.

Meski demikian, saya jarang sekali memakannya. Ehm, seingat saya, malah bisa dihitung dengan jari. Tepatnya, jika ada konsumsi untuk meeting atau Rakornas. Pengalaman membeli pun tak lebih dari lima kali. Sekali diantar suami, lainnya lagi-lagi ikut Dewi, saat membeli oleh-oleh untuk teman di kantor Jakarta.

Saya memang tak begitu menyukainya. Saya lebih memilih molen, batagor, tahu sumedang, atau peuyeum *eh, siapa yang nawarin? haha

Tapi... ketika saya sudah menjelma menjadi tukang kue, ternyata saya sering berinteraksi dengan kue hitam manis ini. Pertama kali membaca resepnya, saya memilih memakai resep Ny. Liem, karena bagian tengahnya yang mengilat, mengingatkan saya akan brownies yang di Bandung itu.

Dan ketika kue ini saya launcing untuk diperdagangkan, Alhamdulillah, responnya luar biasa. Setidaknya, Ustadz Yusuf Mansyur, Katon, Ustadz Solmet, staf KJRI Johor Bahru, adik-adik PPI, Mak Jah Cafe dan pelanggannya serta beberapa staf UTM pernah merasakan brownies Ny Liem buatan tangan saya. Alhamdulillah...



Ini resep lengkapnya, :-)

Bahan I:
125 gram terigu serbaguna
50 gram cokelat bubuk *pilih yang sedap punya, yaa...
1/4 sdt garam
1/2 sdt vanili

Bahan II:
100 gram dark cooking chocolate
1 cangkir minyak goreng kualitas bagus

Bahan III:
6 butir telur size B *kalau size A cukup 5 buah saja
225 gram gula pasir
1/2 sdt ovalet

Bahan IV:
70 ml susu kental manis

Caranya:
1. Tim DCC hingga leleh sempurna, angkat dari api dan tambahkan minyak goreng (bahan II), dinginkan.
2. Ayak bahan I, sisihkan.
3. Campurkan bahan III dalam satu wadah besar, mixer sampai putih berjejak. Cirinya, jika mixer bergerak akan meninggalkan jejak di adonan.
4. Tambahkan bahan I yang sudah diayak sedikit demi sedikit, aduk rata.
5. Tambahkan bahan II yang sudah dingin, aduk balik alias diaduknya sambil dibalik-balik adonannya biar minyak yang mengendap di dasar wadah bisa tercampur rata.
6. Bagi adonan menjadi tiga bagian, salah satunya campurkan dengan SKM dan aduk rata.
7. Siapkan loyang 22cm, oles margarin dan alasi dengan kertas roti. Masukkan satu bagian adonan, kukus selama 10 menit.
8.Masukkan adonan yang dicampur dengan SKM, kukus 10 menit lagi.
9. Masukkan adonan terakhir, kukus 20 menit.
10. Lakukan tes tusuk untuk mengetahui kematangan kue. Jika lidi yang kita pakai untuk menusuk kue sudah bersih, tidak ada adonan yang melekat, itu artinya kue kita sudah matang. Angkat dari kukusan, langsung balik di atas kertas roti.
11. Dinginkan, potong-potong.

Kalau bosan yang biasa saja, brownies ini juga bisa dimodifikasi. Dioles dengan butter cream dan ditambah parutan keju, misalnya.


Selamat mencobaaa :-)

Sunday, 28 September 2014

Mie Ayam Jakarte





Saya jarang masak mie ayam. Hanya sesekali, jika tiba-tiba kepengen atau anak-anak minta. Sebelumnya, saya memasak ayamnya biasa saja. Mirip ayam kecap, hanya bawang merahnya diganti bawang bombai dan ditambah jahe plus saus tiram. Tapi... setelah makan mie ayam bakso di Setulang Laut yang terkenal sedap itu, saya pun mencoba mencari resep lain.

Begitu ketemu resepnya, tiba-tiba males bikin hohoho. Akhirnya, si mama yang waktu itu hamil keempat, minta dianterin ke Setulang Laut lagi, mencari bakul mie ayam langganan.

Sesampai di sana, ternyata bakulnya masih mudik Saudara-saudara! Hiks... si bumil pulang dengan tangan hampa. #eh, ga pulang ding. tapi mampir ke Sayam, makan seafood hihihi

Beberapa minggu lagi, setelah si mama hamil sudah melahirkan, rasa pengen makan mie ayam muncul lagi. Berhubung si Ayah ga berani membuat mama sedih karena sudah cukup sedih karena kehilangan puteri kecilnya. maka diantarlah si mama yang baru bersalin itu.

Daaannn... rupanya Mbak bakul belum juga balik. Huwaaa... mama nangis dalam hati #lebay

Akhirnya, mama ga mau mengulang lagi pengalaman kecele untuk ketiga kalinya. Mama ambil ikat kepala, menyingsingkan lengan baju, mengambil celemek #bohong banget... lebayyy Maaa

Lalu mama mencari resep. Setelah baca ini itu, akhirnya, ketemulah si mama dengan resep ciamik dari internet. Nah, ini dia cara membuat mie ayam kayak yang di foto. Rasanya.... mmmhhh, Setulang Laut mah lewaaattt #sombong

Bahan-bahan:

1. Mie 
Mie kering beberapa keping *terserah, yaa... disesuaikan dengan kebutuhan saja. kalau di rumah ini sih, delapan keping baru cukup. Thariq dan ayahnya saja habis empat :-D
1 sdm minyak naturel *minyak biji bunga matahari

Nah, mienya direbus sampai lunak. tiriskan.

2. Ayam
1 ekor ayam kampung muda, potong kecil-kecil (saya sengaja ga pakai dada ayam, anak-anak kurang suka. Tapi kadang juga pakai dada ayam dengan dipresto terlebih dahulu hehehe)
bawang merah
barang putih
kunyit
ketumbar
lengkuas
salam
daun bawang
kecap
saus tiram
gula
garam

Ayam direbus sebentar di air mendidih untuk menghilangkan lemak-lemak dan darah, angkat, tiriskan
Tumis bumbu halus, masukkan daun salam, daun bawang, kecap, gula dan garam.
Masukkan ayam tambahkan air agak banyak
Masak hingga air menyusut dan ayam lembut

3. Penyajian 
Letakkan mie di mangkuk
Tambahkan ayam
Tambahkan saus sambal

Untuk yang suka kuah, boleh ditambahkan kuah kaldu. Biasanya, saya merebus tulang-tulang ayam dan ceker dengan api kecil selama satu jam. Tambahkan daun bawang.

Oh iya, kalau ga suka saus boleh jugapakai sambal. Caranya, rebus sepuluh biji cabe dan sebutir bawang putih. Ambil cabe dan bawang, haluskan, masak kembali dengan air rebusan yang tadi sampai airnya menyusut.

Naahhh... jadi deh. Rasanya, mmmhhh... *ngiming-ngiming



Thursday, 18 September 2014

Pempek


Liburan, anak-anak selalu merasa lapar. Bangun tidur minta makan. Agak siang sibuk mencari minuman di belakang. Beberapa hari lalu, saat Mama belum ngeh, mereka sampai bereksperimen membuat minuman sendiri. Ada jeruk peraslah, mangga parut bahkan anggur parut. Hihihi, ada-ada saja...

Maka keesokan harinya Mama membuat makanan berat, cemilan, lengkap dengan es buah segar. Baru deh mereka tenang, hahaha...

Nah, kali ini, Mama akan membagi resep pempek yang Mama dapat dari seorang sahabat Mama. Resep ini sudah Mama modifikasi sesuai dengan persediaan dan harga ikan hohoho. Tengiri mahal euy... Untuk mendapatkan sekilo dagingnya harus membeli dua kilo tengiri. Sekilonya kalau lagi murah memang hanya 20rm-an. Tapi kalau pas mahal bisa 30 ringgit. Artinya, enam puluh ringgit cuma untuk bikin cemilan, jangan deh.

Dan inilah resep modifikasi Mama:

350gram daging ikan tengiri (dagingnya saja, ya. Ikannya biasanya hampir dua kali lipat beratnya).
Daging ini diblender atau dihancurkan dengan food processor, lalu dimasukkan ke freezer hingga beku. Setelah itu dikeluarkan dan diletakkan di suhu ruang hingga lembek lagi.

Buat umak alias biang.
Saya sendiri tertawa mendengar istilah umak ini. Kenapa umak? Bukan emak, mama, ibu atau emak *LOL
Tapi baiklah. Ini cara membuat umak:
50 gram terigu
6 siung bawang putih parut
1 sdm garam (sendok makan, ya... bukan sendok teh :-)
2 sdt gula (nah, yang ini sendok teh)
200 ml air
2 sdm minyak goreng

Aduk rata bahan umak, rebus sampai kental. Hanya sampai kental, ya. Engga sampai bening atau kalis. Setelah itu dinginkan lalu masukkan ke dalam kulkas selama 30 menit.

Ikan yang masih dingin (tapi sudah lembek, enggak beku lagi), ditambah satu butir telur ukuran besar (kalau di sini saya pakai A size) ditambah air aduk rata. Boleh memakai food processor jika ada.

Tambahkan umak, aduk rata lagi. Kalau pakai tangan harus tahan dingin, ya :-)

Tambahkan tepung ubi atau kalau ada sagu tani sedikit demi sedikit sampai boleh dibentuk (lebih kurang 300 gram). Teksturnya memang akan lemes, tapi boleh dibentuk, kok. Biar engga lengket, lumuri tangan kita dengan tepung ubi kering, lalu pempek yang sudah terbentuk masukkan dalam wadah yang didalamnya sudah ada tepung ubi kering juga, agar tak lengket satu sama lain.

Setelah semua terbentuk, rebus dalam air banyak yang mendidih. Kalau pancinya terlalu kecil dan airnya terlalu sedikit nanti pempeknya desak-desakan. Takutnya ga mateng sempurna, :-)

Angkat dan tiriskan. Boleh langsung dimakan, atau digoreng dulu. Di rumah ini, dua-duanya laku keras, :-)

Nah, pempek tanpa cuka ga lengkap, dong, ya. Ini sih kata Mama. Sebab Ayah dan para anak lelakinya itu tak suka cuka. Mereka makan pempek seperti makan bala-bala, langsung comot dan habis, :-)

Ini resep cukanya:

500 gram gula aren keping
50 gram asam jawa
4 gelas air

Rebus ketiganya sampai mendidih, saring. Rebus lagi.
Tambahkan 2 sdm ebi sangrai tumbuk.
Tambah 4 biji cabe rawit merah.
Tambah 4 butir bawang putih parut
Rebus lagi sampai agak kental.
Dinginkan.

Selamat mencobaaaa :-)

Monday, 15 September 2014

Mie Goreng


Masing-masing anak kami memiliki makanan favorit. Seperti Thariq yang suka ikan pari, Zaki pencinta ayam kecap dan Farid penyuka tempe kecap. Tapi ketiganya menyukai mie goreng.

Mama sendiri merasa tak pernah berhasil membuat mie goreng yang sedap. Tapi menurut mereka, mie goreng Mama tetaplah best, hehehe...

Untuk membuat mie goreng, Mama biasanya membeli Vit's Mie. Teksturnya pas. Tapi kemarin mencoba beli Canton Thai Mie, ternyata rasanya jauhhhh lebih sedap :-)

Ini resep sederhana, yang Mama dapat dari membaca beberapa resep di blog banyak orang, :-)

1. 4 keping mie kering. Kalau Thai mie, cukup satu bungkus saja. Mie direbus dalam air mendidih selama beberapa menit hingga lunak. Siram di bawah air mengalir sampai tidak lengket, tambahkan kecap, minyak wijen atau boleh juga fish sauce dan saus tiram (2 sdm). Aduk rata. Cicipi, jika sudah pas manis asinnya, engga usah ditambah garam.

2. Tumis dua siung bawang putih tua (kalau bawang putih biasa, 3 siung) sampai harum. Tambahkan garam jika kurang asin. Masukkan sosis (jika mau), aduk rata. Masukkan mie, sayuran dan daun kucai atau daun bawang. Aduk sampai mie matang dan setengah kering alias tidak benyek lagi.

3. Tambahkan bakso atau orak arik telur jika ada.

4. Matikan api dan letakkan di piring saji.

Mie goreng siap disantap... selamat makaaan ;-)

Sunday, 14 September 2014

Rujak Aceh


Kalau lagi musim kweni, rujak aceh selalu jadi pilihan sebagai penghilang dahaga. Saya sendiri mengenalnya dari seorang sahabat yang berasal dari Tanah Rencong itu. Sekira enam tahun lalu, sewaktu taklim, beliau membuat rujak ini sebagai hidangan penutup. Mendapati rasanya yang manis, asem, pedes... saya langsung jatuh hati. Dan tentu saja, selanjutnya tanya resep lantas praktek keesokan harinya.

Di JB ini, kweni hanya muncul pada masa-masa tertentu. Tak selalu ada. Jika ada pun, hanya satu kedai yang menjual kweni dengan rasa yang pas. Maksudnya, pas dengan ekspektasi saya hohoho. Selain di Mak Cik pasar awam, kweni umumnya masam dan tak harum.

Oke... kita langsung saja mengintip resepnya, ya.

Bahan:
3 buah kweni masak dan setengah masak (kweni ini bijinya besar, jadi tiga biji baru cukup)
4 buah jambu air merah yang manis
1 mentimun
1 butir kelapa muda (harus ada dagingnya. Kalau terlalu muda, rujak kita kurang oke :-)
2 butir jeruk nipis, peras dan ambil air
air gula pasir secukupnya (biasanya saya memasak air gula ini dan menyimpannya di kulkas sebagai persediaan jika the boys mau minuman segar)
3 biji cabe rawit, haluskan.

Caranya?
Mudah saja. Pertama, cuci semua buah sampai bersih. Kupas dan potong kecil-kecil. Kalau Ibu saya bilang, dicacah. Alias dicincang. Pokoknya kecil-kecil banget deh.

Campur dalam satu wadah, aduk rata. Tambahkan perasan jeruk nipis dan gula. Tambahkan air kelapa. Cicip rasa. Jika suka pedas, boleh tambahkan cabe lebih banyak.

Simpan dalam kulkas sampai beberapa jam, hingga air buahnya keluar dan rasa menjadi lebih pas.

Selamat menikmati :-)

Sunday, 7 September 2014

Sus Vanila


Tahun 2007 adalah tahun pertama kami di sini. Saat itu, pelajar postgrade dari Indonesia mencapai ratusan orang jumlahnya. Salah satu keluarga yang kami kenal adalah Bu Lalu. Kami berasal dari kota yang sama. Beliaulah yang menguatkan niat saya untuk berjualan kue.

"Lumayan, kan, Bu. Bisa untuk jajan anak-anak," kata saya waktu itu.

"Eh, bukan hanya untuk jajan. Tapi bisa untuk bayar sekolah dan belanja bulanan!" tanggap beliau penuh semangat.

Saya tersenyum simpul. Membayangkan lembaran ringgit di dompet *matre amat hihi

Beberapa bulan kemudian, Bu Lalu mengabarkan bahwa beliau akan back for good. Sedih, tentu saja. Baru juga dekat, sudah harus berpisah. Tapi inilah dunia, tak ada yang abadi, bukan? Ketika kita siap berjumpa, kita juga harus siap berpisah.

Sore itu, saat saya berkunjung, Bu Lalu bertanya dengan nada serius. "Mbak Ary mau menggantikan saya jualan di Mak Jah?"

Saya terdiam. Mak Jah? Kafe besar di kampus ini? Apa saya sanggup? Saya baru belajar membuat kue beberapa bulan lalu.

"Kalau di Mak, insya Allah orderan ramai, Mbak. Hasilnya lumayan besar. Tapi ya itu, kita harus siap kapan pun Mak Jah perlu," tambah beliau.

"Ehm... tapi saya belum pernah membuat sus, Bu," akhirnya saya menanggapi.

"Ah, itu mudah. Yang penting Mbak Ary mau capek. Hasilnya insya Allah berbaloi," jelas Bu Lalu lagi. "Gini aja, Mbak Ary buat contoh kue sus dan bolu kukus, terus kita tunjukkan ke Mak. Gimana?"

Saya yang memang suka tantangan, segera mengangguk. Saya yakin bisa. Pede banget, ya? Mungkin ini salah satu kelebihan sekaligus kelemahan saya, :-)

Sore itu, saya hunting resep. Saya memakai resep lain, berbeda dengan yang dikasih Bu Lalu. Setelah jadi, segera saya bawa ke rumah beliau.

"Wah, enak ya, Fia...," puji Bu Lalu meminta persetujuan puteri sulungnya.

Saya tersenyum, tentu saja.

"Resepnya apa?"

Resepnya begini Bu.

Bahan:
100 gram margarin
1/2 sdt garam
250 ml air
direbus sampai mendidih lalu tambahkan 130 gram terigu dan diaduk hingga kalis. Angkat dari api dan tunggu sampai dingin. Baru ditambahkan 4 butir telur ukuran B (paling besar ukuran A) satu per satu. Setelah rata, panggang dalam oven 230 derajat selsius selama 30 menit atau sampai buih di atas kue menghilang. Setelah matang diangkat dan diangin-anginkan baru disimpan di wadah kedap udara.

"Beda ukuran, ya, Mbak? Tapi engga apa-apa. Pakai resep Mbak, biar nyaman. Vlanya?" tanya Bu Lalu lagi.

"Ehm, resep vla 250 air dan 1/4 sdt garam dididihkan, tambahkan SKM aduk rata. ambil sebagian SKM, campur dengan satu kuning telur aduk kembali. Masukkan 40 gram tepung jagung atau maizena (yang sudah dilarutkan dengan sebagian air). Aduk rata. Setelah meletup-letup, tambahkan 70 gram gula dan satu sendok makan margarine. Tunggu meletup-letup lagi beberapa lama, angkat dan dinginkan. Baru diisikan ke kulit sus."

"Patutlah sedap, ada telurnya. Kalau untuk jualan, engga usah pakai telur, Mbak Ary."

Keesokan harinya, saya membuat sus yang sama dengan vla tanpa kuning telur untuk ditunjukkan pada Mak Jah. Alhamdulillah, beliau senang dengan contoh saya. Sebagai uji coba, order pertama 175pcs dan lancar.

Maka begitulah. Sejak hari itu hingga saat ini, selain berjualan, orderan sus dari beliau juga tak pernah berhenti. Bahkan konsumen sudah sampai ke bandar (kota), KJRI dan kedai lainnya. Sus ini pernah dipesan untuk majelis perkahwinan dan buah tangan. Pernah dibawa ke KL dan Kelantan. Pesanan terbanyak oleh Mak Jah, sejumlah 1000 buah :-D

Alhamdulillah, :-)

Sesungguhnya, Allah Mahapemurah. Mahakuasa. Yang telah memberikan kemampuan pada lidah saya untuk merasai setiap kue sebelum dikirim ke konsumen, sehingga mereka puas. Juga atas kemudahan untuk mengingat setiap resep sehingga rasanya 'istiqomah'. Serta atas kekuatan tangan ini untuk mengaduk adonan.

Alhamdulillahi robbil 'alamiin...

Salam sus hangat dari Bu-De Ar :-)

Saturday, 6 September 2014

Cake Durian


Cake ini belum pernah dijual, hanya untuk konsumsi di kalangan terbatas :-) (baca: suami dan anak-anak hehe).
Jika musim durian tiba, biasanya saya akan membuatnya. Di saat itu, biasanya harga durian jatuh sejatuh-jatuhnya. Terkadang sekresek besar berisi dua belas sampai lima belas durian dihargai sepuluh sampai dua puluh ringgit saja. Murah, kan?

Durian sebanyak itu, kalau dimakan begitu saja bisa bikin mabok yang memakannya. Maka biar lebih awet, saya pun mencampurnya dalam cake.

Beberapa kali bikin, selalu habis tak bersisa. Alhamdulilah :-)

Ini resepnya, ya...

Bahan:
250 gram terigu
250 gram gula
250 gram butter atau margarine (sampai sekarang, tukang kue yang nulis resep ini tidak tahu perbedaan hasil menggunakan butter atau margarine di kue ini. Maaf, ya... maklumlah, belajar perkuean dan memasak baru setelah tinggal di JB ini. Di Indonesia, membuat kue selalu bantat :-D
5 butir telur ukuran sedang (B)
1 sdt ovalet (jika mixer kita bagus, tak pakai pun tak apa-apa)
sepiring daging durian yang manis yang sudah diremas-remas

Caranya:
1. Mixer gula, telur dan ovalet sampai putih mengembang.
2. Tambahkan margarine yang sudah dicairkan, aduk rata
3. Tambahkan terigu sedikit demi sedikit, aduk rata.
4. Masukkan daging durian aduk rata.
5. Cetak di loyang tulban (loyang bulat yang bolong tengahnya). Supaya tidak lengket, si loyang harus dioleh margarin dulu lalu ditabur terigu.
6. Oven 180 derajat Celsius selama 20-25 menit.

Dinginkan, balik di piring. Potong-potong dan sajikan...

Salam manis dari Bude :-D

Friday, 5 September 2014

Risoles Rogout Ayam

Di Johor Bahru ini, selain sus kue yang rating ordernya tinggi adalah risoles :-) Kue tradisional Indonesia ini disukai WNI yang ada di JB dan penduduk lokal. Tak mudah, lho, berjualan jenis kue baru di sini. Karena saat berada di kedai, masyarakat lebih memilih kue yang mereka kenal seperti seri muka, kuih lapis atau kari pap (curry puff) dibanding cake karamel dan kroket.

Lalu, bagaimana mengenalkan risoles pada mereka? Kami sering membawa si risoles dan brownies Ny Liem sebagai buah tangan saat silaturahim atau acara-acara formal. Di situlah mereka merasakan dua jenis baru tersebut. Biasanya, beberapa hari setelah itu, pesanan pun berdatangan. Maka benarlah, bahwa sedekah itu membuka pintu rezeki :-) Alhamdulillah.

Nah, berikut ini resep andalan risoles rogout ayam yang biasa kami buat. Check it out :-)

Kulit:
untuk 25 lembar:

250gr terigu
2 gelas air (saya punya gelas plastik yang khas untuk ini. Seukuran gelas belimbing sepertinya).
1 sdt garam halus
2 butir telor ukuran sedang (kalau di sini size B)
2 sdm minyak goreng
2 sdm tepung ubi (kanji, orang Indonesia bilang). campur semua bahan menjadi satu sampai rata, dadar satu per satu menggunakan teflon diameter 18 cm, sisihkan.

Untuk rogout ayam:

wortel potong dadu, rebus
dada ayam potong dadu, rebus (perbandingan wortel dengan ayam 2:1)
susu cair
seledri iris
terigu

bumbu isi, tumis:
bawang merah
bawang putih
pala parut
merica bubuk
gula
garam 

Cara membuat:
1. bumbu dihaluskan lalu ditumis sampai harum, masukkan terigu aduk rata.
2. tambahkan susu cair, aduk rata
3. tambahkan sayuran dan ayam + seledri aduk rata
4. angkat, dinginkan
5. ambil selembar kulit, isi dengan 1 sdm isian, gulung.
6. masukkan ke cairan putih telur, gulingkan dalam breadcrumbs, sisihkan, masukkan freezer.
7. JIka hendak digoreng, keluarkan dari freezer sampai bersuhu ruang, goreng hingga kecoklatan.
8. sajikan dengan cabe rawit.

Tips:
1. Untuk mempermudah, biasanya saya blender semua bahan kulit hingga halus dan tak ada terigu kering yang tersisa. Langkah ini jauh lebih mudah dibanding harus menyaringnya.
2. Adonan isi harus benar-benar kalis supaya tidak keluar dari kulit saat digoreng.

Selamat mencoba. Rasakan risoles Dear Cafe yang dibuat oleh Bude Ar :-P