Sunday, 9 August 2020

Sayur Pedes Jantung Pisang

Pedes di rumah kami adalah kata yang sebisa mungkin dihindari. Aku yang paling suka pedes aja cuma berani cabe 2 kalau buat sambal dadak. Jadi, kalau aku bilang sayur pedes, kata beberapa kawan itu artinya sayur ga pedes πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚. Yaah, begitulah adanya. Thariq bilang, apa enaknya makan pedes. Ngga bisa merasakan nikmatnya. Hmm, padahal bagi penggemar pedas, tanpa cabe rasanya seperti tidak makan ya.

 

Ok, kembali ke topik. Beberapa waktu lalu saat mengunjungi Ibu mertua di Ngunut, Thariq sempat mengambil jantung pisang. Tentu saja atas perintah emaknya ini hehe. Mumpung ada Mbak Ti, tetangga depan rumah Ibu yang jualan pecel punten, aku pun bertanya resep. 

"Sing pedes, Dik. Enak tenan mengko," ujar Mbak Ti membuatku pengen segera masak sayur pedes jantung pisang.

Keesokannya aku pun mengeksekusinya. Kurebus tuna sirip kuning yang duduk berhari-hari di freezer lalu patah-patahkan agak kecil agar meresap. Begitu pun jantung pisang, kurebus sampai empuk.

Setelah semua bahan siap segera kumasak sesuai instruksi Mbak Ti. Bener, ternyata memang sedap. Dan ketika kufikir Thariq tidak mau karena warnanya yang merah membara, ternyata aku salah.

"Ma... sayur mama yang merah itu sedaplah!"

"Alhamdulillah. Yang mana?" Tak percaya.

"Yang ikan itu, lho. Itu mama masak dengan presure cooker ya?" 

"Ngga i."

"Kok bisa lunak duri-durinya?"

"Duri? Mana?" Bingung. Perasaan mamanya masak tuna yang udah dibuang durinya.

Thariq ke dapur, menunjukkan sayur jantung pisang, mengaduknya dan menunjukkan sesuatu mirip duri, "Ini duri kan?"

Spontan meledaklah tawa sang Emak. 

"Haduduh Abang... ini jantung pisang yang Abang ambil waktu itu, lah." Tertawa membahana.

Oh, ternyata jantung pisang itu rasanya kayak ikan yaa πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Baiklah, berikut resep sayur ikan ala-ala a ka jantung pisang kepok hihihi.

Bahan:

1 buah jantung pisang, bersihkan dan sisakan bagian putih, rebus sampai lunak, tiriskan, potong-potong.

400 gram tuna sirip kuning tanpa duri, rebus, tiriskan, patah-patahkan, sisihkan.

5 lembar daun salam

5 iris lengkuas

Bumbu halus:

10 butir bawang merah

5 butir bawang putih

10 biji cabe merah, buang bijinya sebagian

Cara membuat:

1. Tumis bumbu halus bersama daun salam dan lengkuas sampai harum.

2. Masukkan jantung pisang dan ikan, aduk sebentar lalu tambahkan air.

3. Setelah mendidih dan air berkurang, tambahkan santan segar dengan kekentalan sedang.

4. Biarkan mendidih lalu masukkan potongan daun bawang.

5. Angkat dan taburi bawang goreng.

Selamat mencoba 😍



Monday, 20 July 2020

Bumbu Batagor Abang-Abang Tepi Jalan

Hingga dua minggu ke depan, insyaAllah Ayah kembali WFH. Datang dari Bandung, seperti biasa ayah tak pernah absen membawa oleh-oleh. Awal-awal dulu selalu membeli molen Kartikasari. Setelah anggota keluarganya bosan, Ayah pindah membelikan molen dan banana crispynya Primarasa. Dua jenis kudapan ini agak lama bertahan hingga akhirnya pun bosan. Selanjutnya bagelen Kartikasari dan sale pisangnya yang kemudian istilahnya diganti oleh Zaki menjadi diskon. Kok diskon? Iyaa... sale is diskon kan? πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Kemarin untuk ketiga kalinya ayah datang membawa Batagor Riri.



"Ayah bawa 3 kotak. Kayaknya anak-anak suka. InsyaAllah kalau ke Bandung lagi ayah bawakan sampai kalian bosan."

Ups! Aku terkikik. "Kayaknya ini akan lama bosannya, Yah."

Maka begitu sampai di rumah, saya segera dapat tugas menggoreng batagor untuk sarapan. Alhamdulillah.



Sayangnya, Thariq dan Farid tidak bisa makan bumbu kacangnya karena mereka rasa pedas. Maka ketika kemarin saya mengukus siomaynya Riri dan segala pelengkapnya, saya berinisiatif untuk membuat sendiri bumbu kacangnya.



Alhamdulillah dapat satu link di Utube. Saya pun menggoreng 500 gram kacang tanah. Ternyata yang harusnya digoreng adalah bawang merahnya dulu agar semua harum. Ya sudah tidak apa-apa, kan sudah terlanjur πŸ˜‹

Selanjutnya saya menggoreng bawang merah. Tadinya saya mengirisnya manual tapi lalu saya ingat bahwa food processor yang sudah ikut kami sejak enam tahun lalu bisa digunakan untuk mengiris bawang. Hasilnya not bad lah. Lumayan daripada menangisi bawang merah kupas πŸ˜‚πŸ˜‚



Setelah itu, saya menggoreng setidaknya 15 buah cabe merah besar. Resep aslinya sih cabe kriting dan rawit, tapi tujuan kita kan membuat bumbu batagor tidak pedas. Jadi ganti saja dengan cabe merah besar hehehe. Oh iya, dari 15 buah itu, saya menyisakan 5 buah cabe merah yang tidak saya buang bijinya. Yaa, biar anak-anak ini juga mengenal sedikit rasa pedas. Ingat, dunia tak melulu ramah, Nak! Kadang kita ketemu yang pedes juga!😬

Nah, cabe merah ini digoreng bersama 15 biji bawang putih dan 7 butir kemiri sangrai sampai semuanya layu dan harum serta tidak langu, kata orang Jawa.

Selanjutnya dengan pedenya saya memasukkan semua bahan ke dalam blender. Dengan hanya menambahkan sedikit air, saya menekan tombol on. Pertamanya sih tidak ada masalah. Setiap blendernya diam, tidak mau berputar karena lengketnya kacang, saya menambahkan air. Begitu seterusnya. Sayangnya bumbu-bumbu utuh yang letaknya paling atas kok belum juga kegiling, ya? Saya pun mengaduk-aduk dengan sendok, hihihi.

Tak lama, blender berhenti. Saya apa-apakan tetap berhenti. Hmm, baiklah. Kita serahkan tugas menggiling ini pada tetangga sebelah, yaitu food processor. Saya masukkan semua bahan, FP muter dengan kenceng. Eh, tapi kok masih ada kacang tanah yang utuh. Ya Allah...speechless sayaπŸ˜”

Tanpa menunggu lagi saya keluarkan cobek dan ulekannya.

"Kenapa, Ma?" Ayah heran melihat saya mengulek.

"Blenderku rusak."😣

"Ya nanti kita beli."

"Ayah nggak bisa benerin, kah?" tanya saya sambil terus mengulek.

Si Ayah mencoba menyalakan blender, lah... kok nyala, hahaha. Mungkin tadi dia juga speechless kayak saya. Dan mungkin dia lelah, minta rehat.

Setelah semua diulek sampai halus, saya menumisnya dengan sedikit minyak sampai air dalam kacang hilang. Tandanya kacang berubah warna dan keluar minyak. Setelah itu barulah kita tambahkan air banyak-banyak. Tambahkan asam jawa setengah sendok teh. Gula merah 1,5 butir dan gula garam sesuai selera.



Begitulah cerita serunya. Alhamdulillah semua lelah menguap setelah melihat anak-anak lahap makannya.

Berikut resep lengkapnya, yaa. Semoga bermanfaat. Anyway, biar blender tidak lelah ada baiknya memprosesnya sedikit demi sedikit. Jangan langsung borongan kayak saya wkwkwkw.

Bahan:

500 gram kacang tanah, goreng.
10 buah cabe merah besar, buang bijinya, goreng hingga layu
5 buah cabe merah besar, goreng hingga layu
7 buah kemiri sangrai, goreng hingga layu
15 siung bawang putih, goreng hingga layu
10 butir bawang merah, iris, goreng kering jangan sampai gosong
1,5 butir gula merah ukuran sedang
1/2 sdt pasta asam jawa, saya pake merk adabi
Gula garam secukupnya

Cara membuat:

1. Blender kacang goreng, bawang merah goreng, bawang putih, cabe merah besar dan kemiri sampai halus.

2. Jerang wajan di atas kompor, beri minyak sedikit. Masukkan kacang tanah dan bumbu yang sudah diblender. Aduk-aduk sampai berubah warna dan keluar minyak di pinggir-pinggirnya.

3. Siram dengan air agak banyak sampai adonan kacang encer, aduk-aduk sesekali.

4. Tambahkan irisan gula merah, pasta asam jawa dan gula garam secukupnya. Aduk-aduk sesekali, biarkan sampai mengental. Ini memerlukan waktu yang agak lama yaitu sekitar 40 sampai 60 menit. Oh iya, gunakan api kecil agar kacang tidak cepat mengendap dan gosong yaa.

5. Cicip rasa dan koreksi. Angkat dari api.

Selamat mencoba 😍😍😍

Wednesday, 15 July 2020

Nasi Kerabu

Pagi dengan langit cerah. Kampus UTM masih sepi karena para students sedang bercuti. Biasanya yang lebih banyak tinggal saat liburan adalah international student seperti dari Irak, Yaman, Indonesia dan lainnya. Mahasiswa lokal tentu memilih balik kampung.

Kala mahasiswa tak seberapa banyak, jumlah kue yang kujual juga tak begitu banyak. Tapi kita tahu, Allah Mahapemurah, kan ya? Jualan harian yang sedikit itu Allah ganti dengan begitu melimpahnya pesanan. Dari Mak Jah, Kak Anie, Kak Ida, Kak Ina, Mak Long dan yang lainnya. Ah, rindunya. Mereka semua adalah guruku dalam berdagang. Kehangatan mereka menyambutku membuat semangat di hati ini tak pernah padam. Aku merasa memiliki saudara baru di negeri jiran. Alhamdulillah.

Hari itu, seusai mengantar kue ke Mak Jah dan Kak Ida di pagi harinya, aku kembali mengantarkan kue pesanan sekira pukul sembilan. Sekotak besar kue sus kupangku seraya menjalankan motor pinjaman Pak Taib, dosen UTM rekan penelitian Mas Satria. Motor berwarna merah itu tak pernah rewel sedikit pun. Setia menemani kami. Mengantarku ke kedai-kedai untuk meletakkan kue dagangan, juga mengantar Mas Satria ke makmal -laboratorium, Melayu.

Tapi tak seperti biasanya, pagi itu aku merasa motor Pak Taib berbeda. Knalpotnya sangat panas melebihi batas hingga membakar ujung bawah celana panjangku dan membuatnya sedikit berlubang. Tepat di depan lapangan seberang istal, motor itu mati mesinnya. Berhenti tiba-tiba tanpa memberi tanda. Aku yang sama sekali buta mesin motor merasa sedikit cemas. Apa yang harus kulakukan? Aku turun dari motor. Kuletakkan kotak kue yang penuh berisi barisan sus. Kupandangi jam, masih setengah jam menuju waktu yang kujanjikan ke Mak Jah. Aku memperhatikan sekeliling. Sepi. Sejauh mata memandang, tak seorang pun orang Indonesia yang tampak.

Tiba-tiba seseorang menepi tak jauh dari tempatku berhenti. Bertanya dalam bahasa Inggris, kujawab dan kuceritakan kronologisnya. Tanpa banyak bicara, lelaki sebaya suamiku yang katanya berasal dari Iran itu langsung mengambil alih motorku, Entah apa yang dibetulkan hingga tak lama motor itu sudah menyala lagi. Pesannya, jangan matikan mesin sampai aku tiba di parkir U8 lagi.

MasyaAllah Alhamdulillah. Hari itu, aku mendapat bantuan yang sangat kuperlukan dari seseorang yang bahkan tak kukenal namanya. Mungkin ini tanaman Ibu Bapakku yang senantiasa ringan tangan pada siapa pun. Mungkin ini doa-doa orangtua kami. Yang jelas, tumbuh azzam di hati kecilku untuk lebih banyak memberi seikhlas mungkin. Tak perlu berharap balas manusia karena Allah sebaik-baik pemberi imbalan. Allah Tahu saat tepat untuk mengembalikan kebaikan yang kita tanam. Ya, pada saat yang tepat. Entah langsung pada kita atau ditunda bagi anak cucu kita kelak. Jika tidak di dunia, niscaya akan kita panen di akhirat sana.

Mengenang semua itu, mataku memanas. Terlebih sembari mendengar alunan lagu-lagu musisi melayu yang hits saat kami di sana.

Allah, terima kasih tak terhingga untuk semua cerita, apapun itu, dalam hidupku. Semua indah untuk kukenang kembali. Alhamdulillah... Makasih yaa RobbanaπŸ’”πŸ’”πŸ’”

Masa-masa itu rasanya tak akan habis diceritakan. Ia lekat dalam ingatan seperti lekatnya rasa nasi kerabu Mak Izzudin. Beberapa waktu lalu, saat hati merindukan tanah kelahiran Farid dan Aisyah Rahimahullah itu, aku mencari resep nasi kerabu yang semirip mungkin dengan buatan Emak Izzudin. Dan inilah hasilnya.

 Siapa tahu ada yang penasaran. Berikut resep dan stepsnya yaa.

Nasi Biru:
Semangkuk kecil bunga telang, direbus dalam air mendidih dan saring. Air bunga telang digunakan untuk menanak nasi dalam rice cooker. Jika ingin harum tambahkan serai dalam air rebusannya.

Sementara kita memasak nasi, buatlah lauk pendampingnya.

1. Ikan tepung goreng: saya menggunakan ikan tengiri. Sepertinya gurame lebih gurih, ya. Silakan memakai jenis ikan kesukaan. Goreng dengan tepung andalan. Saya memakai tepung yang saya beli di Mbak Sri, tukang sayur andalan. Setelah ikan digoreng, sisihkan.

2. Kerabu:
Bahannya adalah kubis potong halus, daun kesum rajang, bunga kantan atau kecombrang iris tipis dan kecambah siangi. Semua diaduk hingga tercampur rata, sisihkan.

3. Solok Lada:
Bahan:

Cabe hijau ukuran besar yang lurus, buang biji dan isi dengan ikan tengiri berbumbu.

500 gram tengiri giling
6 sdm kelapa parut yang sudah disangrai
6 butir bawang merah, haluskan
3 siung bawang putih, haluskan
3 cm jahe, haluskan
1 sdt serbuk lada hitam
1.5 cangkir santan
garam gula sesuai selera

Semua bahan dicampur, cicip rasa lalu masukkan ke dalam cabe hijau, kukus.

4. Kelapa Ikan

500gram tengiri giling, kukus.
1/2 buah kelapa parut sangrai

Bumbu halus:
6 buah bawang merah
3 siung bawang putih
3 batang serai
gula garam

Campur semua bahan, sangrai kembali sampai semua bahan matang dan rasa sesuai harapan.

Penyajian:

Nasi
Solok lada
Kelapa ikan
Kerabu
Ikan Goreng
Telor Asin belah dua
Sambal jika suka

Di Malang, saya sedikit kesulitan mencari kecombrang. Saat praktek nasi kerabu, saya membawa kecombrang dari Bandung.

Selamat mencoba yaa... Semoga sukses.

Tuesday, 14 July 2020

Fudgy Brownies

Di negeri ini sedang ngehits fudgy brownies. Kalau zaman dulu ada yang nyebut chewy brownies karena memang agak chewy yaaa. Saya sendiri mengenalnya sebagai brownies panggang πŸ˜ƒ. Nah, yang sekarang sedang banyak dijual secara online itu adalah brownies dengan topping rupa-rupa. Kata Mbak Nina, temen baikku, yang bikin enak itu sebenarnya toppingnya. Hihihi memang bener yaa... secara itu topping memang istimewa. Bahkan kalau dimakan sendiri pun bukan cemilan biasa πŸ˜‹ contohnya cadbury, silverqueen, kacang mede utuh, kit kat dan lain-lain. Harganya tau sendiri yaa.

Nah, sejak melihat tuh kue seliweran di story wa, aku memang tergerak untuk membuatkan tiga anak lelaki ini cemilah serupa. Dan niat itu langsung dieksekusi manakala Mbak Ayu, temen baikku lainnya, sharing resep fudgy brownies anti gagal di grup wa. Naahh pucuk dicinta ulam tiba -- anak-anak mileneal tahu peribahasa kayak begini, ngga sih? πŸ˜‚

Pagi-pagi saat anak-anak masih berkutat dengan kegiatan masing-masing dan ayahnya sedang di Bandung, saya sibuk menginventarisir bahan kue di dapur. Keberadaan mix bowl yang baru dibeli beberapa hari sebelumnya membuat niat ini makin kuat.
Sayangnya DCC habis. Butter tinggal sedikit. Dan topping sama sekali tidak ada. Segera menghubungi TBK online langganan untuk memesan barang. Alhamdulillah semua ada dan diantar dalam waktu tak seberapa lama.

Maka setelah nonton movie bareng Thariq, saya pun kembali ke dapur.

Berikut resepnya setelah disesuaikan yaa.

Bahan A:
150 gram DCC merk Tulip (sejak pindah ke Indonesia dan sempat jualan brownies kukus, saya memakai merk ini karena menurut saya rasanya mirip DCC di JB dulu)
50 gram unsalted butter, saya pake punya Anchor
40 ml minyak goreng, saya pake Sunco

Bahan B:
130 gram gula pasir yang diblender sendiri. Ayak, dan sisihkan gula yang tidak hancur. Jadi kalau ditimbang ulang kayaknya tidak sampai 130 gram, ya).
2 butr telor ukuran sedang cenderung besar (pecahkan dulu telor di wadah khusus supaya ketahuan jika ada telor yang busuk).

Bahan C:
100 gram terigu segitiga biru
35 gram cokelat bubuk merk tulip

Cara membuat:
1. Aduk bahan B sampai gula larut dengan menggunakan wisk. Setelah larut, angkat wisk dan ganti dengan solet. Hihihi apaan ya itu yang untuk mengurus adonan kue? Disarankan memakai yang berbahan silikon karena lebih mudah digunakan dibanding plastik. Boleh juga sih tetap memakai wisk, tapi banyak bagian yang mubazir yaa.

2. Masukkan bahan B ke dalam bahan A dan aduk rata dengan solet silikon. Aduk balik sedemikian rupa hingga semua bahan tercampur rata.

3. Masukkan bahan C dengan cara diayak. Aduk kembali sampai rata.



4. Tuang ke dalam loyang 20 x 20 yang sudah dioles margarin dan dialasi tepung roti.

5. Ratakan permukaan dan tata topping sesuai selera. Saya membaginya menjadi 25 kotak jadi horisontal 5 dan vertikal 5 bagian topping.

6. Panggang dalam oven Kirin api atas bawah sejak awal, di rak terbawah selama 30 menit dengan suhu 150 dercel. Tepat setelah bunyi cring, segera angkat dan biarkan di tempat terbuka.

7. Setelah agak dingin, angkat dari loyang dan potong-potong.

Selamat menikmati yaaa... Semoga sukses bakingnya 😍😍😍

Psstt, kata Farid, ini kue terenak. Jadi nanti dia minta mama buat yang banyak untuk dibagikan ke kawan-kawan saat dia ulang tahun, hihihi. Doakan mama, ya Nak 😘😘😘

Monday, 13 July 2020

Kare Mbah Sul

Satu masakan legend yang tetap lekat di lidah saya dan belum ada tandingannya di mana-mana adalah kare Ibu. Anak-anak menyebutnya kare Mbah Sul.

Sewaktu saya kecil, setiap malam lebaran Ibu selalu menyajikan kare. Biasanya menu itu dipake untuk selamatan. Ayamnya pun istimewa, diambil dari kandang belakang rumah. Disembelih sendiri oleh Bapak. Tak hanya satu, menjelang lebaran banyak tetangga yang meminta tolong pada Bapak untuk menyembelihkan ayam mereka. Dan sebagaimana anak-anak pada umumnya, saya bersama adik-adik dan anak-anak lain begitu excited melihat ayam yang habis disembelih. Dilanjutkan melihat ayam dicabuti bulu-bulunya πŸ˜…

Waktu itu saya tak pernah berpikir, mengapa Bapak yang memiliki tugas khusus itu di kampung kami. Belakangan saya tahu, Bapak dipercaya karena dianggap orang alim. Kebetulan Bapak lulusan pondok dan staf Departemen Agama Kabupaten Malang, hehehe.

Sekarang, tak ada lagi pekerjaan memotong ayam. Meski Thariq pernah mendapat pelatihan saat bersekolah di sekolah agama UTM semasa kami di Malaysia dulu, tapi ilmu itu hanya sekali dipraktekkan yaitu saat diuji di depan Ustadz.

Sekarang jika kita ingin makan ayam kampung, mau yang jantan, betina atau dara, tinggal memesannya di Pak Sayur. Zaman memang sudah berubah, ya. Semakin banyak kemudahan 😍😍😍.

Bahkan di zaman sekarang ini, kare ayam Ibu bisa kunikmati setiap waktu hihihi. Ibu membantuku belajar membuat kari ayam sejak beliau tahu cucu-cucunya juga penggemar kari ayam beliau. Kuncinya satu: kencurnya agak banyak.

Maka, hari ini pun saya membuat kare ayam a la Mbah Sul. Berikut resepnya, yaa...


Bahan:
1 ekor ayam betina ukuran besar, dipotong-potong, cuci dan presto 15 menit, sisihkan.

Bumbu halus:

8 butir bawang merah
6 siung bawang putih
6 cabe merah buang biji
2 cm laos
satu jempol kencur
5 lembar daun jeruk
2 cm kunyit
1,5 sdt ketumbar bubuk
1/2 sdt merica

Bumbu lainnya:
salam
serai
3 cm laos dikeprek

Caranya:
1. Tumis bumbu halus, masukkan bumbu lainnya. Aduk-aduk sampai harum. Tambahkan gula dan garam secukupnya.

2. Masukkan ayam dan kaldu, aduk-aduk biarkan 10 menit. Tambahkan santan cair.

3. Masukkan santan kental, tunggu jangan sampai pecah.

4. Setelah mendidih, tambahkan potongan daun bawang dan gorengan bawang merah yang kita buat sendiri. Cicip rasa, sajikan.

Selamat mencoba yaaa...

Tuesday, 30 June 2020

Pizza Je- Bi

Sejak di Malang, saya seperti kehilangan kesaktian membuat kuih muih (baca: kue-kue, Melayu). Mungkin benar kata orang-orang, bahwa Indonesia itu surganya kuliner jadi kita tak perlu susah payah membuat sendiri karena segala dijual di luar sana. Tinggal pilih, rasa dan kualitas sesuai harga.

Bahkan meski kami semua ngumpul akibat pandemi ini, saya jaraaaang sekali membuat kue. Hingga seminggu ini Allah kembalikan semangat saya. Pertama membuat uli alias tetel. Ketan yang dibeli sekira setengah tahun lalu akhirnya dikukus juga, Alhamdulillah.

Dilanjutkan membuat tiwul ayu yang berhasil membuat semua ber'uwauw!

"Lama sangat mama ngga buat kue ini. Dulu di JB sering banget!" komen Ayah.

"Iya, akhirnya kue ini ada lagi!" komen Thariq.

"Waahhh Mama berhasil buat kue ini lagi!" Zaki pula.

"Makasih sudh membuat ini, ya Ma," giliran Farid.

Dan begitulah, tiwul ayu tak sampai dibagikan ke tetangga karena ternyata sudah sold out by own member πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Keesokan harinya Mama berhasil membuat sus vanila, 2 resep. Seperti sebelumnya, kue ini juga habis sebelum sore, hihihi.

Dan hari ini, saya berhasil membuat pizza dengan rasa seperti di JB dulu. Resep ini saya dapatkan dari Bu Tuti, kawan kami sesama istri pensyarah a ka dosen UTM. Dari Bu Tuti juga saya tahu bahwa aroma pizza didapat dari Italian Herb. Sebelumnya, di dapur selalu tersedia Italian Herb yang saya beli khusus di AEON JB. Bahkan ketika kami sudah pindah ke Malang, saya selalu membelinya ketika kami berkunjung ke JB. Tapi setahun ke belakang, saya mencampurnya sendiri, dari bumbu-bumbu kering yang saya beli di Giant atau Superindo. Alhamdulillah rasanya tidak jauh beda.



Nah, ini resep pizza legend itu yaa.

Hal pertama yang saya lakukan adalah blender dada ayam lalu disangrai hingga airnya habis. Selanjutnya membuat pizza base yaitu:


500 gram terigu segitiga biru
2 butir telur
200ml air hangat cenderung panas yang ditambahkan 1 sdt garam himalaya
1 sdm gula pasir
1 sachet fermipan
1 sdm margarin

Caranya:
Dalam wadah aluminium, masukkan terigu lalu tambahkan fermipan dan gula. Campur rata. Tambahkan telor di tengah-tengah, aduk-aduk. Tambahkan air sedikit-sedikit, uleni sampai tercampur. Tambahkan margarin. Adonan sedikit lengket, tidak apa-apa. Tutup panci dengan serbet basah, diamkan selama lebih kurang 1 jam.

Setelah 1 jam, kempiskan adonan dan bagi 3 atau 4 sesuai besar loyang. Pipihkan di pizzan pan.

Topping:

1 sdm saus delmonte
bawang bombay iris melintang jadi  bulat-bulat
1/3 paprika warna seadanya. Kali ini adanya warna kuning hehehe
Ayam cincang
Nanas potong sesuai selera, saya suka yang banyak nanasnya. Seger!

Setelah pizza siap sedia di pannya, kita oles secara merata kecuali bagian pinggirannya, dengan saus tomat. Lalu taburi Italian herb, ayam cincang, bombay, paprika, nenas, terakhir tutup dengan parutan keju.

Saat di JB kami dengan mudah mendapat mozarela kualitas bagus dengan harga terjangkau. Di sini agak mahal. Itulah sebabnya jika ada diskonan saya langsung ambil untuk persediaan. Tapi kali ini saya tidak punya, jadi manfaatkan saja keju cheddar yang ada πŸ˜πŸ˜‹

Oven selama 30 menit dengan suhu 190derajat celcius api atas bawah. Letakkan di rak paling bawah, ya. Setelah matang, potong menjadi 8.


Kali ini, Mama senaaang sekali karena Zaki habis banyak. Alhamdulillah. Semoga berkah ya Zaki sholeh 😍😍😍



Okay, selamat mencoba yaaa😘


Sunday, 28 June 2020

Bakwan a ka Bala-bala

Sejak zaman dulu hingga bulan lalu, aku tidak pernah sukses membuat bakwan, weci a ka bala-bala. Jika tidak lembek, terlalu keras, asin, tawar, atau masalah lain yang intinya tak pernah enak.

Menjelang lebaran, saat aku mengambil lontong di rumah Teh Nisa, aku dikasih bala-bala rasanya sedaaaappppp sekali. Pas banget buat buka puasa.
Beberapa hari kemudian, Teh Nisa mengirimi kami adonan bala-bala. MasyaAllah baiknyaaa. Mana diajarin pula resep dan tipsnya: jangan encer! πŸ˜„

Berbekal tips tersebut kuberanikan membuat bala-bala lalu mencatatnya dengan detail. Nahhh ini dia resep a la bude Ar yaa:

150 gram sayur campur: wortel. kubis, seledri, daun abwang, bawang india semuanya diiris-iris tipis
300 gram tepung cakra
460 ml air mentah

Bumbu halus:
5 siung bawang merah
3 butir bawang putih
1 sdt garam
1 sdt peres gula pasir
1/2 sdt merica

Semua dicampur sampai rata lalu goreng dengan minyak panas.

Sajikan bersama cabe atau petis yaa...


Nasi Mandhi Kesukaan

Saat kami silaturahim ke rumah Bu Terry di JB tahun lalu, kami disuguhi nasi mandhi lengkap bersama salad, sambal dan minuman. Rasanya sedap hingga menjilat jari, kata orang Melayu. Tak berhenti sampai di sana, beberapa hari kemudian kami ditraktir di resto Wadi Hana Elarabi. Sebuah resto Arab terkenal di tengah kota JB.




Dan kejutan terus berlanjut sewaktu kami diberi bingkisan berupa paket lengkap nasi mandhi: beras basmathi, aroma asap dan rempahnya. MasyaAllah, bahagia tak terkira.



Sejak saat itu, nasi mandhi menjadi salah satu menu andalan saya. Jika ada tamu, atau saat berkunjung ke rumah Ibu, saya membawanya. Bahkan ketika Farid khitan, salah satu sajiannya adalah nasi mandhi. Alhamdulillah 😍😍😍

Daannn, berikut resep dan langkah-langkahnya ya:

1. Cuci 700gram beras basmathi lalu rendam selama 30 menit. Tiriskan.

2. Selama beras direndam, masak daging kambingnya.

1 kg paha kambing diblansir lalu tiriskan.

Tumis dengan minyak dorang atau zaitun:
15 butir bawang putih utuh sampai keemasan
1,5 buah bombay ukuran besar yang sudah dipotong dadu, sampai bening
4 buah cabe hijau besar, sampai harum
Tambahkan 2 sdt rempah mandhi, aduk merata.
Tambahkan 1.5 sdt garam dan 1 sdt gula pasir, aduk-aduk.

Masukkan daging aduk rata, tambahkan air sampai daging terendam. Tambahkan 1 sdt aroma asap dan 1/2 sdt shafron. Aduk-aduk, tutup panci presto. Dari mendesis, masak 20 menit.

Masak nasi:

Tumis sesuai urutan bersama minyak zaitun atau dorang:

15 butir bawang putih utuh sampai keemasan
1,5 buah bombay ukuran besar yang sudah dipotong dadu, sampai bening
2 buah cabe hijau besar dan 1 buah paprika hijau, sampai harum
Tambahkan 1 sdt rempah mandhi, aduk merata.
Tambahkan 1.5 sdt garam aduk-aduk.
Tambahkan 1 sdm minyak sapi, aduk sampai harum.

Masukkan ke dalam rice cooker yang sudah berisi beras dan air. Tambahkan 4 sampai 5 sendok sayur ukuran besar air rebusan kambing mandhi. Tambahkan 1 sdt aroma asap, tutup rice cooker.

Setelah nasi matang, tambahkan shafron di 5 titik permukaan nasi. Tutup kembali biarkan selama 10 menit. Buka dan aduk sekenanya sehingga tercipta nasi dengan gradasi warna yang cantik.

Untuk sambalnya, rebus cabe rawit dan bawang putih lalu blender bersama sebatang daun ketumbar dan sedikit garam.



Salad:
1 kuntum iceberg lettuce, sobek-sobek
1 batang timun jepang, bagi 4 dan iris agak tebal
1 paprika merah, slice
1 buah bawang india iris tipis

Tambahkan 2 sdt gula, 1/2 sdt garam, 2 atau 3 sdm minyak zaitun, perasan 1/2 buah lemon dan lada hitam secukupnya. Aduk rata.



Nah, dagingnya bisa langsung dimakan atau dibungkus aluminium foil dan dibakar dalam oven.

Selamat mencoba. Salam dari Bude Ar πŸ˜€





Saturday, 27 June 2020

Bihun Goreng

Sudah lama sekali ingin menulis di blog ini lagi. Ya, sejak pertengahan Maret, anak-anak diliburkan karena pandemi yang melanda. Tak pernah kami duga sebelumnya jika kami akan melewati masa-masa bersama, selalu, di dalam rumah.

Exciting? Pastinya. Bayangkan, sejak akhir 2015 kami jarang sekali bersama.

Ayah mengajar di Bandung, setidaknya 400km dari rumah. Datang setiap 10 hari sekali, bertahan di rumah selama 5 hari dan begitu seterusnya. Abang dan Mas sibuk sekolah dari pagi sampai sore. Bahkan sejak masuk Smanti, Abang soooo busyyy. Diantar paling pagi dan pulang by Gojek paling malam: jam 8, 8.30 bahkan beberapa kali lebih malam dari itu. Selain sekolah, futsal, SKI, Abang juga les di GO. Terkadang dia juga ngopi bareng genkπŸ˜‚

Jadi sering-seringnya hanya Farid dan mama yang banyak menghabiskan masa di rumah ini. Itupun belakangan Farid mulai sibuk karate dan les English. Duh, budak kicik ini, suka sekali les katanya πŸ˜‹

Pokoknya akhir-akhir ini mama merindukan masa-masa saat terus bersama seperti di JB dulu.

Lalu tibalah masa pandemi ini. Ayah wfh. Abang dan adik-adiknya SFH. Mama speechless. Alhamdulillah ala kulli hal. Betapa Allah Mahalembut, mengabulkan ingin hati mama.

"Allah mudahkan Ayah menebus waktu, ya Ma. Hingga bisa bersama anak-anak dan Mama lagi," ujar Ayah suatu hari. Aku tersenyum.

Allahu Akbar!

Maka tiga bulan kemarin menjadi masa-masa yang tak akan pernah terlupakan. Saat-saat awal diwarnai dengan kesibukan menggila di dapur karena makanan cepat sekali habis πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚
Mama pun mengeluarkan segala resep makanan agar seluruh anggota keluarga selalu semangat. Ayah memastikan persediaan buah tak pernah telat karena katanya buah bisa meningkatkan imunitas.

Alhamdulillah, masa pandemi ini segala bisa dibeli dengan mudah melalui pasar online. Paprika yang pernah sekilo 50 ribu mendadak menjadi 17ribu saja. Daging slice mudah didapat hingga bisa membuat beef teriyaki. Ikan kakap hitam mudah didapat. Daging Mbak Ami dan ayam kampung pun bisa didapat dengan wa. Mama juga mendapat link pemasok sayuran organik. Tukang sayur keliling pun siap dengan berbagai jenis sayur yang awalnya hanya Mama dapat di pasar Oro-oro Dowo.

Alhamdulillah... syukur pada Allah.

Salah satu pencapaian mama adalah berhasil membuat bihun goreng. Pencapaian? Iyaa, sebab selama ini selalu gagal wkwkwkw. Ok, berikut resepnya yaa.



Bahan:
1 pack bihun jagung. Yup, ternyata bihun jagung ini tahan banting. Tak mudah patah seperti bihun beras.
3 butir telur, buat orak arik
Sosis jika suka
Sayuran hijau: boleh pokcoy atau lainnya. Kadang Mama juga mengikutsertakan jamur, paprika dll 

Rebus bihun dalam air mendidih sampai lunak, tiriskan, siram di bawah air mengalir sampai bihun dingin.

Tumis:
3 atau 4 butir bawang putih geprek
1 atau 2 butir bawang merah iris
1 bawang bombay iris

Setelah bawang harum, masukkan garam, gula dan merica, aduk-aduk. Tambahkan kecap, saus tiram, saus tomat, kecap asin dan minyak wijen.Aduk-aduk, masukkan bihun,orak arik telor, bawang daun dan sayuran. Aduk rata. Cicip rasa.

Biasanya bagian ini Mama akan memanggil Abang. Mama males ngincip masakan sendiri hihihi.

Setelah semua pas, angkat dan sajikan dengan taburan bawang goreng dan seledri.

Friday, 6 March 2020

Lagu Lama dan Rencana Nasi Kerabu

Bagiku yang melow, mendengar lagu lama saja membuat air mata berurai. lagu-lagu Vina Panduwinata mengingatkanku pada Almarhum Bulik yang mirip si burung camar. Lek Roh, demikian kami memanggilnya, adalah adik perempuan Bapak satu-satunya. Al Fatihah 😒😒. Bulik sangat pemurah padaku dan Rikha. Tak jarang beliau mengajak kami jalan-jalan ke kota atau membawakan kami oleh-oleh yang kami suka. Aku pernah diberi hadiah kotak pensil mewah. Beranjak remaja gantian aku dan Rikha yang sering menginap di rumah Bulik di Bululawang. Hidup a la orang desa kata Lek Roh. Mandi di sungai, mencari selada air di umbul, atau jalan malam-malam sekadar mencari pangsit. Rindunya. Semoga Allah tempatkan Almarhumah di tempat terbaik di sisiNya. Diampunkan dosanya dan dilimpahi kasih sayangNya. Aamiin.

Saat Chrisye menyanyikan lagunya di Utube Asusku, ingatan melayang pada masa-masa awal aku merantau. Menjadi trainer kala itu, aku seringkali ke lapangan. Melatih maupun ikut pelatihan. Lagu Chrisye sangat membekas di hati saat Pelatihan Pelatih di Tasikmalaya. Hari itu hampir seluruh pelatih selindo berkumpul di sebuah hotel di Tasik, mengikuti ToT.
Pelatih LAPENKOP adalah orang-orang yang menyenangkan. Hidup begitu berwarna bersama mereka. Setiap waktu kami isi dengan kegiatan-kegiatan yang menimbulkan tawa. Aku yang introvert digembleng menjadi seorang yang terbuka di sana. Diajarkan untuk mudah bergaul dengan siapa saja. Diajari tampil di depan umum: tak hanya melatih tetapi juga menyanyi dan menari poco-poco langsung oleh kawan-kawan dari Manado. MasyaAllah.
Bagi kami alumninya, LAPENKOP adalah rumah. Tempat anggotanya bagai keluarga. Hubungan yang terjalin di sana sudah bukan seperti kawan tetapi layaknya saudara. Bang Yuzri Almarhum, mantan Direkturnya, mengajarkan banyak ilmu dan wawasan pada kami. Semoga Allah mengampunkan beliau dan menempatkannya di tempat terbaik di sisi Sang Maha Penyayang. Aamiin.

Ya Allah... Sungguh aku bersyukur padaMu atas setiap detik penuh warna yang kulewati. Tolong, berikan kehidupan yang lebih baik pada anak-anakku, agar mereka pun merasakan kebahagiaan dan pengalaman yang lebih indah daripada yang kudapatkan. Aamiin.

Dan malam ini kututup dengan lagu saat kami di JB dulu. Aweera Mojo dan Anuar Zein. Makin malam aku tidak mau melow-melow lagi. Kualihkan fikiran pada masakan kesukaan di sana. Di depan dapur ada bunga telang yang rajin mengembang. Dan aku ingin membuat nasi kerabu.

Semoga besok atau lusa bisa mewujudkannya.



Monday, 24 February 2020

Kepiting Saus Padang

Di rumah kami, seafood seringkali kuhindari sebab Thariq alergi. Ga tega aja kita makan sedap-sedap di depannya. Tapi karena Zaki sedang agak susah makan, hari ini aku pesan kepiting di Pak Ikan. Rencananya, Mama Bintang akan datang mengajari kami: aku dan Mama Byan untuk masak kepiting saus padang.

Instruksinya, setelah serah terima kepiting langsung masukkan freezer. Ok baiklah, tanpa kuapa-apakan kepiting dalam kresek langsung masuk ke freezer.Setelah Mama BB datang, kami pun mulai memasak. Mengupas bawang merah dan putih, membuang biji cabe dan mengupas jahe. Eh, bukan aku sih yang melakukan, tapi Mama BB hihihi.

Pokoknya aku tinggal blender bumbu yang sudah disiapkan.

Ini detailnya yaa.

15 butir bawang merah
1 bonggol besar bawang putih
7 cabe merah
3 cm jahe
1 butir bawang bombai besar, iris kasar
saus tiram
saus tomat
garam gula merica
minyak wijen

Pertama-tama, kepiting disikat sampai bersih lalu kukus segera sebelum dia sadar :D
Ngukusnya 10 menit saja. Selama ngukus kita siapkan bumbu: blender, tumis sampai harum,

Semua bumbu diblender. Tumis bersama irisan bawang bombay yang sudah ditumis lebih dulu sampai layu. Setelah wangi baru masukkan saus-saus dan garam gula merica. Masukkan kepiting, aduk2. Kocok telur dan masukkan ke wajan, aduk2 rata sampai matang. Beres dehhhh.

Selamat mencoba yaaa

Saturday, 15 February 2020

Bali Makarel dan Tempe

Berkali, dalam hidup aku mengalami hal-hal di luar bayanganku. Seperti yang terjadi hampir sepuluh hari lalu. Kami sedang berbahagia karena Bapak dah berangsur pulih. Ibu yang sejak awal berencana ke Bandung bersama Lek Sus dan Mbak Atik, sepupuku, melanjutkan niat beliau. 'Dibarengkan dengan niat Mas Satria pindahan saja," ujar Ibu kala itu.

Kholis, adikku pun berinisiatif membelikan beliau bertiga tiket kereta api. Siang itu kujemput ketiganya dan kuantar ke stasiun. Suasana begitu bahagia.

Esok paginya, kumulai rutinitas baru, mengantar makanan untuk Bapak dan Kholis. Semua berjalan lancar. Aku pulang beberapa jam kemudian setelah semua settle.

Di jalan, kunikmati alunan musik rancak. Sesekali aku ikut bersenandung. Semua masih bahagia hingga saat aku masuk ke dapur setelah mengantarkan si sulung ke depan menemui gojeknya, aku mendapati telepon dari Mas.

Suara Lek Sus terdengar di seberang.

"Ar, ojo kaget ya tak kabari. Ibu tibo. Bla... bla... bla... "

Aku berusaha mencerna setiap kalimat Bulikku tapi beberapa miss dari pendengaran dan otakku. Aku tahu, menghadapi situasi begini aku harus ridho. Allah sudah mengukur semuanya dan menjadikan ketentuan ini insyaAllah terbaik bagi kami.

Sepanjang hari itu, aku tak beranjak dari kasur di lantai atas. Telepon tetap di genggaman, wa... telepon... video call. Mbak Atik, Lek Sus, Mas. Bergantian.

Jika beberapa menit saja tak berbalas, air mata menitik.

Allah... Allah... kuatkan hamba, bisikku dengan linangan air mata.

Siangnya, "Ma... kata dokter bedah plastik, Ibu angkat jahitan Sabtu. Jadi Ibu pulang minggu depan ya, insya Allah Senin sampai. Mama urus Bapak di sana, Ayah bantu Ibu di sini."

Kabar kedua dari ayahnya anak-anak harus kuterima. Bismillah. Semoga Allah mudahkan.

Menjelang sore kukabari Kholis dan dia tenang menerimanya. Hingga beberapa hari berikutnya kami berkoordinasi. Bekerjasama. Kholis yang bersihkan rumah, aku yang menyediakan makanan. Alhamdulillah lancar.

Dan benar, tak ada sedikit pun keraguan bahwa skenarioNya adalah yang terindah. Mundurnya Ibu dan rombongan kembali ke Malang membawa kebahagiaan untuk beliau bertiga. Bapak pun saat diberitahu bahwa kepulangan Ibu ditunda, bisa menerima dengan tenang.

Alhamdulillah, tanpa sengaja Allah memberikan liburan pada tiga perempuan yang mungkin sebelum ini tak pernah berlibur.

Barakallahu fiikum Bu, Lek dan Mbak.

Dan selama beberapa hari menyediakan makanan, kulihat menu ini menjadi salah satu menu fav Bapak.

Bali tempe dan makarel

Bahan:
2 papan tempe dipotong dan digoreng. Jangan terlalu kering.
1 ekor makarel dipotong dan digoreng,

Bumbu:
10 butir bawang merah
5 siung bawang putih
3 buah cabe merah buang isi
1 ruas jahe kupas
1 buah tomat besar

Semua bumbu diblender, tumis dengan minyak kelapa sampa harum lalu tambahkan kecap manis. tambahkan air.Masukkan semua bahan dan aduk rata. Biarkan sampai air meresap dan setengah mengering.

Disajikam demgam bening gambas, duh segernya :)